Pelaku memacu kecepatan motor saat polisi memberikan tembakan peringatan ke udara tiga kali.
Hingga tepat di Bundaran Waru, Sidoarjo, motor pelaku berhasil ditabrak petugas. Pelaku terjatuh lalu berusaha kabur ke semak-semak.
Ketika petugas berusaha mendekat, pelaku justru menyerang petugas Jatanras dengan senjata parang. Polisi terpaksa melepaskan tembakan ke arah dada pelaku.
“Saat itu juga pelaku kami bawa ke RS Bhayangkara Polda Jatim untuk mendapat pertolongan medis. Tapi, di tengah perjalanan ke RS, pelaku meninggal dunia,” tandas Awi Setiyono.
Melarikan diri dan melawan petugas seperti yang dijelaskan Kombes Pol Awi Setiyono itu memang prosedur tetap (protap) untuk melumpuhkan penjahat dengan peluru.
Tapi, toh ternyata muncul saja protes dari keluarga dan tersangka, dengan tudingan penembakan yang diterimanya justru karena polisi melupakan protap itu.
Surya mencoba mengungkap fakta-fakta penembakan.
Hasilnya? Ada tersangka yang mengakui ditembak karena memang melawan petugas atau lari. Tapi, ada juga yang mengaku ditembak, padahal mereka tidak melawan.
Sebagian dari mereka kami temui di lembaga pemasyarakatan, di tahanan, dan sebagian lainnya saat mereka sedang menunggu sidang di pengadilan.
Umumnya, mereka minta namanya dirahasiakan. Tapi, ada pula yang mau berterus-terang.
Dia adalah DS, remaja yang didakwa melakukan pembunuhan berencana terhadap dua pelajar di Gresik awal Oktober lalu. (idl/rbp/ben/day)