Laporan wartawan Pos Belitung Dedy Qurniawan
TRIBUNNEWS.COM, BELITUNG - Tak ada tanda-tanda alam apa pun sebelum dan sesaat setelah Terakup Air lepas landas dari Jakarta menuju Tanjungpandan, Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), pukul 10.00 WIB.
Langit di atas Bandara H.AS Hanandjoeddin Tanjungpandan pun terbilang normal. Jarak pandang diketahui sejauh 8 km, dan arah angin 080“ dengan kecepatan 9 knot.
Namun, suasana kawasan bandara H.AS Hanandjoeddin Tanjungpandan itu mendadak heboh, Kamis (27/11/2014) pagi tadi. Pasalnya pesawat Boeing 737-300 yang membawa 146 penumpang tersebut mengalami kesulitan pendaratan.
Sebelumnya, terbang di ketinggian 25000 ft, tiba-tiba sekitar 20 menit sebelum menyentuh landasan Hanandjoeddin, pilot menurunkan ketinggian ke 15000 ft dan melaporkan kepada Aerodrome Control Tower (TWR) keadaan yang dialami pesawatnya.
Inti laporan tersebut adalah mesin nomor satu sebelah kiri sayap, mati mendadak. Hal ini lah yang mengakibatkan kesulitan manuver pendaratan kendati masih tetap dalam pengendalian pilot.
Mendapat laporan seperti itu, TWR menetapkan landasan bandara diprioritaskan untuk kondisi darurat ini dan segera menguhubungi unit Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (PKP-KP).
Status bandara pun ditetapkan menjadi siaga 2.
Kondisi mesin mati ditambah dengan kondisi angin yang cross wind menyebabkan manuver pendaratan tidak stabil tersebut membuat pesawat oleng.
Tak pelak, crashlanding pun terjadi. Pesawat tersungkur di sebelah kiri runway bandara H.AS Hanandjoeddin.
Akibatnya, badan dan bagian sayap kanan pesawat tersebut patah dan terpisah.
Api mendadak besar dengan asap hitam mengepul membumbung tinggi.
Di ruangan lain, sebelum timbulnya api besar, Kabandara H.AS Hanandjoeddin Suparno segera mengambil alat komunikasinya.
Ia mengontak anggota komite penanggulanagan keadaan darurat bandar udara lainnya.
Sedikitnya 3 unit Pemadam Kebakaran utama bandara ditambah satu unit Damkar Satpol PP Kabupaten Belitung dikerahkan untuk memadamkan api.
Api pun berhasil dijinakkan dalam 1 menit 40 detik bersamaan dengan ratusan penumpang pesawat nahas yang berhamburan keluar badan pesawat.
Dalam keterangan resmi bandara H.AS Hanandjoeddin Tanjungpandan, melansir lima korban diketahui meninggal dunia, 11 korban luka berat, 60 luka ringan dan 70 orang dikabarkan selamat akibat kejadian ini.
Kejadian ini bukan kejadian sebenarnya. Ini merupakan bagian latihan atau simulasi penanggulangan keadaan darurat bandar udara H.AS Hanandjoeddin Tanjungpandan Belitung 2014 yang dilaksanakan pada Kamis (27/11/2014) pagi tadi.
Total waktu evakuasi dan pemadaman dalam simulasi tersebut memakan waktu selama 40 menit.
Simulasi dengan skala penuh ini melibatkan semua unsur, baik internal maupun eksternal lingkup Bandara H.AS Hanandjoeddin.
Ratusan orang dilibatkan dalam kegiatan yang paling besar dalam sejarah kebandaruudaraan di Pulau Belitung ini.
Selain internal otoritas Bandara H.aS Hanadjoeddin Tanjungpandan, sebagai pihak eksternal tercatat anggota Komite Penanggulangan Keadaan Darurat Bandara ikut serta dalam simulasi ini.
Komite itu, diantaranya beranggotakan Lanud TNI AU H.AS Hanandjoeddin Tanjungpandan, Polsek Tanjungpandan, Koramil, RSUD Marsidi Judono, KKP, Puskesmas Perawas, RS Almah, dan unit Damkar Satpol PP Kabupaten Belitung.
Sedikitnya enam ambulance, tiga unit mobil pemadam kebakaran bandara, satu unit kendaraan rescue, satu unit kendaraan komando, dan lima unit mobil Bandara HAS Hanandjoeddin Tanjungpandan.
Sementara itu, untuk memerankan penumpang dan korban, simulasi juga melibatkan puluhan mahasiswa Akademi Manajemen Belitung (AMB). (*)