Pura Prajapati hancut lantaran tertimpa pohon beringin tua yang tumbuh dekat pura tersebut.
Pohon beringin dengan diameter 5 meter setinggi 40 meter tumbang pada pukul 22.30 Wita, Selasa, (23/12).
Tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut namun batang pohon itu menghancurkan bangunan pelinggih seperti padmasana, balai paruman, apit surang, bale pesandekan dan penyengker.
Kerugian akibat kejadian itu diperkirakan mencapai Rp 150 juta.
Sedangkan di Pura Puncak Batur Jero Gede Tajen, pada Jumat (12/12) sekitar pukul 11.00 Wita tiba-tiba pohon beringin besar roboh menimpa seluruh bangunan Pura.
Bangunan Pura yang roboh diantaranya pelinggih gedong ratu ayu, bebaturan, catu meres catu mujung, pesimpangan batukaru, pesimpangan dalem kebon tigguh, pesimpangan gunung agung, gedong kawitan.
Selain itu yang juga hancur yakni pelingiih taksu, 2 buah piyasan alit, 2 piyasan besar, gedong penyimpenan, 2 bale pesandekan, 2 kori, 1 tugu. Kerugian akibat kejadian ini mencapai Rp 750 juta.
Sementara itu, di Negara (Kabupaten Jembrana), gorong-gorong yang sudah sejak lama miring terkena imbas abrasi kemarin jebol. Jebolnnya gorong-gorong di kawasan Jl. Kuru Setra di Desa Yehembang, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana
Akibatnya jebolnya gorong-gorong, akses jalan yang menghubungkan Pasar Umum Yehembang dengan areal parkir Pura Rambut Siwi terputus.
Menurut keterangan warga di sekitar, Jumat (26/12), gorong-gorong yang terletak di Timur Setra (kuburan) tersebut sudah amblas dan miring semenjak setahun yang lalu.
Warga menduga, gorong-gorong itu rusak lantaran terkena dampak abrasi laut dan sering dilewati oleh truk-truk bermuatan berat.
Namun, karena tak kunjung mendapatkan penanganan, gorong-gorong tersebut akhirnya jebol dan mengakibatkan akses jalan di pesisir pantai tersebut terputus.
"Sebenarnya, sewaktu gorong-gorong tersebut miring, itu sudah harus diperbaiki agar tidak sampai jebol.
"Tapi ini kenyataannya malah dibiarkan begitu saja dan sekarang malah jebol setengahnya.
Akibatnya jalannya kan terputus," keluh satu diantara warga yang enggan dikorankan namanya.
"Belum lagi kalau ada Pujawali, Purnama atau Tilem di Pura Rambut Siwi, jalan ini selalu ramai dilintasi oleh pamedek. Warga yang tinggal di sekitarnya juga sering menggunakan jalan itu untuk ke pasar atau tempat lainnya," timpal warga lain.(Zaenal/Jaka)