TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Tim DVI Polda Jawa Timur mendapat bantuan empat negara untuk membantu proses identifikasi jenazah korban pesawat AirAsia QZ8501. Keempat negara itu adalah Malaysia, Australia, Singapura, dan Korea Selatan.
"Kami akan dibantu teman-teman dari Malaysia, Australia. Kemarin sudah saya sampaikan dari Korea dan Singapura, jadi tim kami solid dalam rangka lakukan investigasi terkait DVI," kata Kapolda Jatim Irjen Anas Yusuf di Posko Antemortem, Surabaya, Jumat (2/1/2015).
Tim DVI saat ini terdiri dari 30 dokter ahli termasuk dari Universitas Gajah Mada, Universitas Brawijaya, Universitas Dr. Soetomo, Universitas Airlangga dan Universitas Indonesia. Mereka bekerja sejak Rabu (31/12/2014) malam setelah dua jenazah pertama diterbangkan ke Lanud TNI AL Juanda, Surabaya dari Lanud Iskandar, Pangkalanbun.
Tim DVI bekerja di ruang forensik dan sebuah tenda putih yang didirikan memanjang sekitar tujuh meter di belakang gedung rumah sakit dan berdampingan dengan danau. Anas tak menyebutkan peran dan spesialisasi bantuan dari empat negara.
Namun, bantuan asing itu akan membantu tim DVI mempercepat proses identifikasi. Hingga Jumat pukul 16.30 WIB, Tim DVI masih memiliki pekerjaan rumah untuk mengidentifikasi empat jenazah yang tersisa.
Tim DVI sebelumnya sudah berhasil mengidentifikasi empat jenazah yakni atas nama Hayati Lutfiah Hamid, Grayson Herbert Linaksita, Khairunisa Haidar Fauzi, dan Kevin Alexander Soetjipto. Seluruh korban diketahui identitasnya berkat data sidik jari dan ciri fisik yang masih melekat di tubuh. (Kompas.com/Sabrina Asril)