Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Niko Ruru
TRIBUNNEWS.COM, NUNUKAN - Untuk mengobati pasien tuberculosis (TBC) di pedalaman Kabupaten Nunukan bukanlah persoalan yang mudah. Kesulitan transportasi dan lamanya standar pemeriksaan, menyebabkan sulit mendapati pasien TBC.
Karena persoalan ini pula, Dinas Kesehatan Kabupaten Nunukan pada 2014 hanya mampu mengobati 40 persen dari target 210 pasien TBC.
Kepala Seksi Penanggulangan Penyakit Menular, Rustam mengatakan, dari 90 kasus TBC yang ditemukan hingga November 2014, sebagian besar ditemukan di Pulau Sebatik dan Pulau Nunukan.
"Tetapi daerah lain di daerah pedalaman kita agak susah," ujarnya.
Dia mengatakan, untuk memastikan pasien positif TBC setidaknya harus dilakukan tiga kali pemeriksaan dahak.
"Pertama sewaktu malam hari dahak diambil. Dia datang ke puskesmas diperiksa lagi. Jadi tiga kali pemeriksaan," ujarnya.
Setiap pasien setidaknya harus bertahan selama satu hari di puskesmas kecamatan untuk proses pemeriksaan tersebut.
"Tetapi kalau di pedalaman yang jauh-jauh desanya tidak mungkin dia bertahan. Karena transportasi yang jauh, waktunya, belum lagi biaya. Di situ yang menjadi kendala kita," ujarnya.
Dia mengatakan, pasien TBC harus diperiksa melalui laboratorium untuk dilihat secara klinis.
"Kalau orang batuk lebih dari tiga minggu, kita sudah curigai. Maka itu kita anjurkan mereka untuk diperiksa di laboratorium," ujarnya.
Dengan menggunakan standar pemeriksaan, jika sudah dinyatakan positif barulah diberikan terapi pengobatan.
"Itu juga memerlukan jangka waktu sekitar enam bulan kan?" katanya.
Sesuai target, Dinas Kesehatan Kabupaten Nunukan harus mengobati 210 pasien pada 2014.