Mulanya memang Taufik sekeluarga hidup satu rumah, akan tetapi setelah orang tuanya bercerai dua tahun lalu, dia bersama ayah dan ketiga adiknya terpaksa hidup di bangunan yang sangat sederhana itu.
Rumahnya terdahulu dijual oleh ibu kandungnya dengan maksud untuk membeli rumah yang baru.
Akan tetapi uang hasil penjualan tersebut tidak cukup untuk membeli rumah, akhirnya mereka mendapat sumbangan bangunan dari kelompok ternak dari kampung untuk ditinggali.
Sedang ibunya saat ini hidup bersama suaminya yang baru.
"Saya berangkat dari rumah jalan kaki, karena hal tersebut saya terlambat dinas, dan harus dihukum," ujarnya, Rabu (14/1/2015).
Kejadian tersebut baru terjadi senin (12/1/2015) kemarin, saat dia baru saja masuk di satuan Sabhara Polda DIY.
Sebelumnya saat pendidikan, Taufik tinggal di asrama.
Hari pertamanya diwarnai hukuman, karena dia terlambat datang untuk apel pagi yang seharusnya pukul 06.30, tetapi dia baru bisa sampai di Polda DIY pukul 08.00.
Bagaimana tidak terlambat, Taufik harus jalan kaki sejauh lebih dari 5 kilometer.
Taufik mengaku mulai berangkat sejak Subuh, sebelum matahari mulai bersinar.
Selain berjalan, kadang-kadang dia berlari untuk mengejar waktu.
Taufik sendiri tidak mempunyai kendaraan bermotor, yang diapunya adalah colt pick up, yang dipakai ayahnya untuk bekerja sebagai buruh serabutan.
"Saya mengaku kepada atasan harus jalan kaki dari rumah, mereka tidak langsung percaya, dan mengecek rumah saya," ujarnya.