TRIBUNNEWS.COM, BATU - Krisis persediaan obat di Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batu dipastikan akan terjadi hingga 2016.
Dinas Kesehatan dipastikan tidak bisa mengadakan obat dalam perubahan anggaran kegiatan (PAK) karena pengadaan obat tak masuk dalam APBD 2015.
Data dari Dinas Kesehatan, sebanyak 42 item dari 313 persediaan obat telah habis. Obat-obat tersebut umumnya diperuntukkan di Puskesmas yang notabene memberi pelayanan utama kepada msyarakat.
Beberapa jenis obat habis, di antaranya, amoxillin sirup kering, androsol untuk obat batuk, amoxillin injeksi untuk sesak nafas, entromisin kaplet 500 mg untuk difteri dan penyakit saluran pernafasan, entomisin sirup 200 mg/5 mg, gliserin guailacolat (GG) untuk obat batuk, dan ibersertan untuk darah tinggi.
Habisnya persediaan beberapa obat itu membuat Kepala Seksi Farmasi Makanan Minuman dan Perbekalan Kesehatan Dinkes Kota Batu, Eny Musfirotun merasa was-was. Menurutnya, semua stok obat akan habis pada Desember 2015.
Ia mengatakan, tahun ini dinkes tidak bisa mengadakan obat lantaran nomenklatur pengadaan obat tak ada di APBD 2015. Hal itu dipastikan, pada saat perubahan anggaran kegiatan (PAK), Dinkes tak bisa mengalokasikan mengadakan obat.
Saat ini, kata Eny, stok obat di gudang Dinkes diperkirakan mencukupi hingga tiga bulan ke depan. Ia memprediksi, tahun 2016 krisis obat benar-benar terjadi di Kota Batu.
Pengadan obat tahun 2016 harusnya dilakukan Maret 2015 dan pada bulan Desember 2015, rekanan mengirimkan obat.
“Kondisi ini benar-benar membuat warga Batu dilarang sakit. Minimnya stok obat membuat pelayanan kesehatan tak maksimal, kasihan masyarakat,” sesal Eny saat ditemui di kantor, Jumat (10/4/2015).