News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Harga Jagung Rp 2.000/kg, Zulkifli Anggap sebagai Penghinaan

Editor: Budi Prasetyo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Petani memanen jagung hibrida P27 Gajah di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Rabu (18/3/2015). Jagung hibrida menjadi salah satu produk pangan unggulan di Lombok. KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO

TRIBUNNEWS.COM. MBAY -- Petani di Nagekeo kecewa dengan harga jagung yang ditawarkan investor yang ditunjuk Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Nagekeo. Harga jagung pipilan kering yang disepakati Pemkab Nagekeo dengan investor bernama Robert dinilai merugikan dan menghina petani di daerah itu.

Sekretaris Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Nagekeo, Zulkifli Bhabha, ditemui di Mbay, Rabu (15/4/2015), menganggap harga jagung tersebut menghina petani.

Zulkifli mengatakan, harga jagung yang ditetapkan pemerintah tersebut bisa dimaklumi petani jika biaya pengolahan dan sarana produksi (saprodi) ditanggung investor atau pemerintah. "Harga tersebut terlalu rendah. Apalagi di Dompu, Bima, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menetapkan harga jagung Rp 2.000/kg untuk jagung pipilan basah dan Rp 2.700/kg untuk jagung pipilan kering," katanya.

Ia mengatakan, harga jagung yang disepakati Pemkab Nagekeo dengan investor tidak sekedar merugikan petani tetapi menyakitkan perasaan petani sekaligus melemahkan semangat petani untuk menanam jagung.

"Kita ini sedang memotivasi petani untuk menanam jagung. Masyarakat baru memulai tanam jagung, harga seperti ini. Ini melemahkan semangat petani. Mengapa kalau produk petani harganya meningkat, masyarakat ribut. Sementara harga produk lain meningkat, masyarakat malah memaklumi. Petani selalu di posisi yang lemah," kata Zulkifli.

Zulkifli mengungkapkan, jika benar produksi jagung sama seperti taksiran berdasarkan ubinan yakni delapan ton pipilan basah dan enam ton pipilan kering, keuntungan yang diperoleh petani sangat tipis. Namun Zulkifli mengatakan, pengalaman selama ini taksiran produksi berdasarkan ubinan selalu berbeda dengan produksi riil. "Biasanya taksiran ubinan tinggi, ternyata riilnya jauh lebih sedikit," kata Zulkifli.

Zulkifli berharap, harga jagung di Nagekeo minimal sama dengan harga jagung di Dompu, NTB. Sementara salah satu petani, Elias Nuwa mengatakan, harga jagung Rp 2.000/kg menunjukkan pemerintah tidak pro kepada petani.

"Masyarakat tanam jagung tetapi pasar tidak jelas. Harga pasar di Nagekeo Rp 5.000/kg, investor beli RP 2.000/kg. Di mana keberpihakan pemerintah terhadap petani," tanya Elias. (dea)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini