TRIBUNNEWS.COM. CILACAP - Pemilik warung di Pelabuhan Wijayapura, Nusakambangan, Cilacap, mengaku mendapatkan keuntungan berlipat saat dikunjungi para wartawan asing sejak beberapa hari lalu. Sebab, selain membayar barang yang dibelinya, para wartawan asing itu selalu memberikan pengembalian uangnya ke pemilik warung.
Suminah (46), salah seorang pemilik warung mengaku, menjelang pelaksanaan eksekusi mati warungnya akan buka 24 jam. Apalagi, para wartawan mengaku tak akan kembali ke penginapan, karena jadwal eksekusi yang semakin dekat.
"Katanya warung saya nanti malam jangan tutup, soalnya mereka akan begadang di sini sampai pagi nanti," kata Suminah, Selasa (28/4/2015).
Menurut Suminah, beberapa hari ke belakang, sebelum ada kabar pelaksanaan eksekusi mati, warungnya sangat sepi di malam hari. Tapi kalau pagi sampai sore hari selalu banyak wartawan dan pengunjung lainnya. "Kalau kemarin malam masih sepi, ramainya pagi sama sore saja. Tapi sekarang katanya wartawan asing ini mau pada nginep di sini menunggu hukuman mati dilaksanakan," kata Suminah.
Suminah pun mengisahkan, jika melihat suasana ramai seperti saat ini, dia teringat peristiwa di tahun 2010 silam. Saat itu, Pulau Nusakambangan dibuka untuk umum sebagai lokasi wisata. Setiap akhir pekan, pelabuhan ini selalu banyak pengunjung untuk menyeberang ke Pulau Nusakambagan.
"Waktu itu kan di sini dibuka untuk umum sebagai lokasi wisata. Tapi setelah kejadian ada tsunami langsung ditutup karena dianggap membahayakan katanya," ujar dia.
Hingga siang ini, lalu lalang kendaraan masuk dan keluar pelabuhan mulai berkurang. Para wartawan dan warga setempat pun hanya menyaksikan kondisi pelabuhan penyeberangan di lokasi teduh di pinggir jalan. Cuaca di Cilacap siang ini memang sangat panas terik.
Suasana di depan pelabuhan pun mulai agak terasa tenang dan belum ada lagi hilir mudik kendaraan menuju Pulau Nusakambangan. (Kontributor Ciamis, Irwan Nugraha)