Laporan Wartawan Tribun Bali, Ni Ketut Sudiani
TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR – Banyaknya jumlah anak putus sekolah di Bali mengetuk sejumlah pemuda di Komunitas Anak Alam. Mereka mencetuskan gerakan seribu koin agar anak-anak tetap mendapat pendidikan, khususnya di pelosok.
Sejak setahun lalu dirintis, tepat di Hari Pendidikan Nasional, Komunitas Anak Alam telah berhasil melibatkan lebih banyak anak muda. Mereka mengajak masyarakat turut peduli dan berbagi.
"Ini sudah menjadi gerakan masyarakat. Koin hanya simbol saja, dan memang merupakan upaya yang paling mudah diikuti siapa saja,” kata Pande Putu Setiawan, kepada Tribun Bali, Jumat (1/5/2015).
Bantuan yang dikumpulkan Komunitas Anak Alam memang lebih banyak berupa makanan dan barang seperti makanan. Ini membuat mereka berpikir, akan lebih baik apabila bisa membantu anak-anak melanjutkan pendidikan.
Pande menambahkan, masyarakat yang ingin membantu, tidak harus dengan koin, melainkan dapat juga memberi lebih sesuai kemampuan.
Menurutnya, seandainya semua masyarakat di Bali mau berbagi dan turut peduli, masalah pendidikan akan segera terentaskan.
"Keseluruhannya ada sekitar 1.400 anak setiap tahunnya yang putus sekolah. Kemiskinan menjadi salah satu penyebab utamanya. Bayangkan kalau 4 juta orang di Bali menyumbang seribu saja, kita sudah bisa mengumpulkan Rp 4 milliar. Ini langkah kecil, tapi apabila dikerjakan bersama, akan menjadi besar,” tegas Pande.
Gerakan seribu koin, menjadi cara paling mudah untuk mengajak publik membantu pendidikan anak-anak kurang mampu. Di samping itu sumbangan sebesar itu tidak memberatkan dan dapat menjangkau ekonomi masyarakat kebanyakan.
Sejumlah perguruan tinggi maupun institusi pendidikan yang menggelar acara sosial, menurutnya, kini juga sudah mulai menggunakan koin sebagai tiket.
“Kemarin SMA di Gianyar dan Buleleng menggunakan koin sebagai tiketnya.Cara ini sudah diambil alih oleh masyarakat. Jadi boleh dibilang gerakan Anak Alam sudah menjadi gerakan masyarakat,” imbuhnya.