TRIBUNNEWS.COM.MAKASSAR- "Namanya juga masih ABG pasti pake (obat somadril), biar tahan," begitu pengakuan seorang perempuan muda penghuni kos ekslusif (elite) di Jl Sungai Saddang 1 Kota Makassar.
Sedikitnya, 11 penghuni kos mewah tersebut terjaring operasi oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) Sulsel, Selasa (9/6/2015).
Total 37 orang diringkus BNN dari enam kos elite pusat Kota Makassar, kemarin, yakni, di Jl Sungai Saddang lama, Jl Ja'jala, Jl AP Pettarani (Kompleks IDI), dan Jl Sulawesi, kawasan pelabuhan.
Mereka terdiri 22 wanita dan 15 pria. Semua dinyatakan positif mengkonsumsi narkotika dan obat terlarang (narkoba).
Usia mereka yang terjaring antara 19 hingga 32 tahun. Profesi; karyawan, pramuwisma di hotel berbintang, mahasiswi, dan ibu rumah tangga.
Kepala Bidang Rehabilitas BNNP Sulsel Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Sudaryanto menyimpulkan sementara, dari operasi gabungan itu, terungkap kos-kosan elite menjadi target peredaran narkoba, khususnya jenis sabu.
"Polanya sama, mereka pemakai (pecandu) dan tak menutup kemungkinan mereka pengedar dan bandar," kata AKBP Sudaryanto, usai operasi penggerebekan di sebuah kos-kosan elite di Kompleks IDI, Jl AP Pettarani, Rappocini, Makassar, Selasa sore (9/6/2015)
Operasi gabungan BNN di kos-kosan elite, terbilang baru pertama kali digelar di kota ini.
dari lima-kos-an yang dirazia, sepanjang akhir, pekan lalu, kebanyakan, penghuninya adalah wanita muda usia mereka, antara 20 hingga 32 tahun. kebanyakan, karyawan, mahasiswi, dan wanita yang mengaku 'ibu rumah tangga' tapi tidak tinggal bersama anaknya.
Saat penggerebekan di kos elite Kompleks IDI, Jl AP Pettarani misalnya, dari 10 kamar. Ada empat kamar dihuni wanita yang mengaku mahasiswi.
Saat ditanya seorang wanita staf BNN, si mahasiswi enggan dan kelabakan saat ditanya nama kampusnya. "Ya, pokoknya mahasiswi Bu, " kata seorang waniat berusia 20-an tahun, yang bersama tiga rerakannya mengaku berasal dari Kota Bone.
Usai uji sampel urine, ketiga negatif narkoba. Di kos ini, hanya empat yang positif narkoba.
Si staf BNN, tetap curiga.
Mahasiswi apa gerangan yang bisa membayar kos hingga Rp 1,85 juta sebulan. Apalagi di dalam kamarnya, banyak koleksi handy bag mewah, sepatu high hells, pakaian bermerek.