News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kisah Tragis Angeline

Kakak Kelas: Kalau Pas Istirahat, Angeline Jarang Keluar Kelas

Editor: Gusti Sawabi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Puluhan siswa-siswi SD Negeri 12 Sanur melakukan sembahyang bersama untuk mendoakan Angeline di jalan Hang Tuah, Denpasar, Jumat (12/6/2015). Angeline merupakan siswi kelas 2 SD Negeri 12 Sanur yang dibunuh dan terkubur di belakang rumahnya. TRIBUN BALI/RIZAL FANANY

Tribunnews.com, Denpasar - Beberapa kakak kelas Angeline yang bersekolah di SDN 12 Sanur Denpasar mendatangai Rumah Sakit Sanglah, Sabtu (13/6/2015).

Mereka mendoakan Angeline agar mendapatkan tempat yang layak di sisi Tuhan Yang Maha Esa.

"Tadi doa bersama bareng teman-teman. Semoga Angeline mendapatkan tempat baik di sisi Tuhan, amin," kata Komang Dimas Setiasa, siswa kelas VI.

Kakak kelas Angeline lainnya, Haka siswa kelas V, mengatakan, Angeline adalah anak pendiam di sekolah.

Angeline tak banyak bermain dan tidak suka keluar kelas ketika waktu istirahat.

"Angeline pendiam. Sukanya di dalam kelas saja. Kalau teman-teman kan suka main, tapi Angeline diam saja," kata Haka.

Komang Dimas, Haka, dan teman sekolah Angeline lainnya berharap pelaku pembunuh rekannya itu dihukum setimpal dengan perbuatannya.

Sejumlah warga sebelumnya menggelar aksi kepedulian terhadap Angeline di depan Unit Forensik, RSUP Sanglah.

Mereka melakukan donasi untuk biaya kepulangan jenazah ke Banyuwangi, sekaligus menuntut kepolisian untuk mengusut tuntas kasus tersebut.

Kepolisian Resor Kota Denpasar sudah menetapkan satu tersangka yang diduga pelaku pembunuhan Angeline, yakni Agus (25), mantan pembantu rumah tangga di kediaman korban.

Kepolisian tengah mengembangkan penyelidikan terkait kasus meninggalnya Angeline.

Polisi memeriksa keluarga angkat Angeline, termasuk Margareith, ibu angkat Angeline.

Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) telah melaporkan Margareith ke Kepolisian Resor Kota Denpasar berkaitan dengan dugaan penelantaran dan kekerasan terhadap anak.

P2TP2A merupakan pendamping hukum Hamidah dan Rosidik, orangtua kandung Angeline.(Kontributor Denpasar, Sri Lestari)

Arwah Angeline gentayangi Agus

Pengacara pendamping tersangka pembunuhan terhadap Angeline (8), Haposan Sihombing menjelaskan hasil pemeriksaan sementara tehadap Agus Tai Hamambai (26).

Menurutnya, hasil penyidikan tersebut menguak sejumlah pernyataan kliennya seputar kematian bocah kelas dua sekolah dasar ini.

Satu di antaranya mengenai keberadaan tali dan boneka di jenazah Angeline.

Agus menjelaskan alasannya menjeratkan tali di leher dan menaruh boneka di jenazah korban.

Menurutnya, cara tersebut dilakukan untuk menghindarkannya dari kejaran arwah korbannya.

"Kata Agus, hal ini merupakan kebiasaan yang dilakukan di tanah kelahirannya," katanya di Polresta Denpasar, Jumat (12/6/2015).

Ia menambahkan, bahwa tali yang ditaruh di tubuh korban ini berasal dari sebuah barang di ruangan tersebut.

Sedangkan sprei yang digunakan untuk membungkus mayat korban menurut pengakuan Agus didapatnya dari luar ruangan yang digunakan oleh pelaku untuk melakukan pembunuhan terhadap Angeline.

"Jadi itu yang kita dapatkan dari Agus mengenai asal tali dan sprei yang digunakan untuk membungkus mayat korban," katanya.

Selain persoalan mengenai asal tali dan sprei, Haposan juga menjelaskan kronologi Agus seputar penghilangan nyawa terhadap bocah yang sebelumnya dikabarkan menghilang ini.

Sesuai dengan pengakuan Agus, awal kliennya menghilangkan nyawa Angeline terjadi pada tanggal 16 Mei sekitar pukul 13.00 Wita.

Saat itu, korban sedang berada di dalam kamarnya sendirian.

Setelah itu, ia kemudian masuk ke kamar Angeline lalu menutup kunci kamar tersebut.

"Ia masuk ke kamar korban dengan tujuan untuk melakukan pelecehan seksual," jelas Haposan.

Namun melihat gelagat dari Agus ini, kata Haposan, Angeline berusaha untuk memberontak.

Karena takut ketahuan oleh ibu asuh korban, ia kemudian memeluk tubuh Angeline.

Namun, karena korban terus memberontak, kliennya tersebut kemudian membenturkan kepala anak itu ke tembok kamar tersebut.

"Selain membenturkan kepalanya, menurut pengakuan Agus, ia juga mencekik leher korban hingga meninggal," katanya.

Setelah melihat korbannya meninggal ia pun membungkusnya dengan sprei yang ia ambil di luar kamar Angeline.

Setelah terbungkus, jenazah korban kemudian disembunyikan di bawah kursi.

"Iya dibawa ke bawah kursi. Terus ia ke luar, sebelum ia dipanggil ibu asuhnya untuk mencari keberadaan Angeline," jelasnya.

Haposan juga mengatakan, bahwa saat kliennya ditanya mengenai kemungkinan Margareith melihat jenazah anak asuhnya tersebut.

Menurutnya kemungkinan besar mantan majikannya tersebut melihatnya.

"Saat mencari tentu masuk ke kamar Angeline. Disitu, ibu asuhnya kemungkinan tahu bahwa anaknya meninggal," katanya.

Ia juga mengungkapkan kejanggalan mengenai selisih waktu antara pembunuhan dengan penguburan jenazah yang mencapai tujuh jam yakni dari pukul 13.00 Wita hingga pukul 20.00 Wita.

"Sampai sekarang saya belum memperoleh gambarannya. Padahal jelas, kalau ibu asuhnya mencari ada kemungkinan bahwa ia tahu anaknya meninggal. Nah ini tidak, terus apa yang terjadi di rumah itu dalam kurun waktu tersebut," kata Haposan.

Kata dia, meski sudah mengikat leher Angeline dan menaruh boneka di jenazah di jasad anak tersebut, kliennya tersebut mengaku sempat dikejar-kejar oleh arwah anak mantan majikannya tersebut.

"Dalam sebuah tidurnya katanya ia sempat dikejar-kejar oleh jenazahnya," katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini