TRIBUNNEWS.COM, JOMBANG -Beberapa dusun di Jombang mulai merasakan dampak musim kemarau.
Seperti Dusun Wonorejo, Desa Ngrimbi, Kecamatan Bareng, yang mengalami kekeringan dalam sebulan terakhir.
Ainul Yaqin, salah satu warga mengatakan, kekeringan yang datang bersamaan dengan kewajiban warga melaksanakan ibadah puasa semakin menyulitkan warga.
“Untuk wudu saja kami harus susah payah cari air, apalagi untuk air minum. Ada sumber air di balik bukit, tapi jaraknya 1 kilometer lebih dan harus jalan kaki,” katanya, Senin (22/6/2015).
Agar tak mengabaikan kewajiban beribadah, beberapa warga terpaksa tayamum untuk bisa sholat.
“Kebutuhan air tidak hanya rumah warga, tapi juga musala. Kalau salat tarawih banyak yang butuh air, jadi sering kekurangan air. Solusinya yaitu tayamum,” tambahnya.
Ainul mengaku warga sudah melaporkan ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jombang untuk dilakukan droping air bersih.
Tapi sayang, keinginan warga agar droping air dilakukan dua kali dalam seminggu tidak bisa dipenuhi BPBD.
Kepala BPBD Jombang Nur Huda menjelaskan, terbatasnya personel menjadi penyebab utama air bersih hanya bisa dikirim sekali dalam seminggu.
“Ini sudah jadi masalah lama, dan warga sebenarnya sudah paham. Jumlah petugas kita terbatas. Untuk merekrut petugas baru terkendala aturan,” katanya.
Namun demikian pihaknya menjamin, air bersih yang dipasok sekali dalam seminggu bisa dipakai warga dalam waktu yang lama.
“Volume air yang dikirim lebih banyak dari rata-rata kebutuhan warga, jadi tetap bisa diatasi,” lanjutnya.
Huda menambahkan, sampai saat ini pihaknya sudah dua kali melakukan droping air bersih di Dusun Wonorejo, Desa Ngrimbi, Kecamatan bareng.