TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Dalam sejarah hidup dan karir politiknya, inilah catatan yang tak bisa dilupakan oleh Dhimam Abror Djuraid.
Mantan jurnalis, mantan Ketua PWI Jatim dan kini menjadi Ketua Harian KONI Jatim yang gagal menjadi calon wali kota Surabaya dari gabungan Demokrat-PAN.
Kepada Surya, Abror merasakan bahwa semua tak terduga dan di luar nalarnya.
Bahkan, dirinya rela disebut orang yang plonga-plongo saat mendaftar sebagai calon wali kota tanpa ada pasangannya, Haries Purwoko, Ketua P3I dan Ketua Pemuda Pancasila Surabaya.
Abror sendirian selama dua jam menanti kembalinya Haries. Namun tetap saja kabur dari pencalonan wali kota.
"Situasinya lebih rumit dari yang diperkirakan. Saya berusaha menelpon Pak Haries, HP tak bisa dihubungi. Betapa paniknya saya waktu itu," kenang Abror.
Mantan Pimpred Surya dan Jawa Pos ini mengisahkan detik-detik menegangkan saat hilang kontak dengan Haries.
Apalagi pasangannya dalam pencalonan Pilwali itu lenyap begitu saja dari proses pendaftaran di KPU Surabaya.
"Sedianya, kami berangkat bersama dari Grahadi," kata Abror.
Namun, HP Haries tak aktif. Saat itu waktu sudah pukul 13.00. Saat itu Abror harus bertemu Sekjen sekaligus Ketua DPD Demokrat Jatim, Soekarwo.
Pertemuan itu disarankan DPP melalui Hinca Panjaitan. Pukul 08.00, Abror ditelpon langsung Hinca.
Namun Abror yang menemui Pakde Karwo tak bersama Haries. Sampai akhirnya harus melibatkan La Nyalla Mataliti, bosnya Haries untuk menghubunginya.
Sampai akhirnya pukul 15.30, Abror-Haries bertemu di KPU untuk mendaftar. Abror belum berpikir bahwa akan terjadi insiden di luar nalar. Haries tak segera duduk tengan di samping Abror.
Haries malah sibuk menelepon dan menerima telepon. Tiba-tiba, Haries pamit ke toilet.