TRIBUNNEWS.COM.WONOGIRI, - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo punya trik khusus dalam merebut hati warga pedesaan. Saat bermalam di desa yang mengalami kekeringan di Wonogiri, ia menyempatkan diri untuk berdialog, menerima unek-unek warga, hingga memimpin sidang pleno masalah kekeringan.
Cara tersebut dilakukan Ganjar selama lebih dari dua jam di Desa Gambir Manis, Kecamatan Pracimantoro, Wonogiri, Rabu (6/8/2015) malam. Di balai desa, unek-unek warga malam tadi disampaikan secara bergantian.
Kebanyakan warga meminta agar Gubernur membantu sarana infrastruktur air, agar wilayah mereka terhindar dari kekeringan akut. Tokoh Desa Gambirmanis, Sukar misalnya. Dia mengeluh karena puluhan tahun desanya mengalami kekeringan, salah satunya karena tak adanya sarana menampung air di waktu hujan.
Sukar menyindir para calon pejabat yang datang ke desa itu dan menawarkan janji untuk membangun sarana air. Namun, janji hanya sebatas janji yang tak kunjung terealisasi. Ia bersyukur karena Ganjar berkenan singgah di desanya, mendengarkan unek-uneknya.
"Kami mboten (tidak) cuma butuh air, tapi sumber sarana air. Banyak pejabat sudah janji akan bangun sarana, tapi gak ada realisasi. Bapak Gubernur mboten janji tapi sudah datang ke sini," ujar Sukar.
Tempatnya, kata dia, juga pernah dibantu penelitian oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Hasil penelitiannya menyebutkan ada sumber air yang bisa ditemukan dalam kedalaman lebih dari 100 meter. Namun, ketika dilakukan pengeboran hasilnya air yang didapatkan hanya sedikit.
Keluhan yang sama disampaikan Sutarno dan Sri Suyiatmi, warga Gambir Manis. Keduanya meminta agar wilayahnya dibangun embung dan saluran irigasi pipa untuk menampung air hujan. "Di desa ini baru dua ada penampungan embung. Itu tidak cukup," ujar Sri.
Hal serupa juga disampaikan Haryanto dan Sugeng Priyono soal masalah kekeringan. Keluhan dan unek-unek warga desa pun berusaha dijawab oleh Ganjar. Dialog seolah menjadi sidang pleno, lantaran setelah ia memberi jawaban, warga setuju lantas diketok palu pengesahan.
"Setuju ya. Nanti bantuan dari Pemprov difokuskan pada air. Soal jalan nanti urusan kabupaten. Tok, tok," kata Ganjar.
Ganjar juga meminta agar keguyuban serta gotong royong warga jangan sampai memudar. Kerja sosial apapun tidak boleh meminta bayaran dari warga. Jika nanti beruntung, kerja sosial warga akan mendapat imbalan.
"Saya sedih, mengapa Raskin kok dibagi rata. BLT dibagi rata. Saya sedih. Mengapa yang kaya bisa tetap minta, gak kasihan? Saya ingin gotong royong itu tetap ada, sambatan juga," tambah dia.
Setelah bersidang "pleno" dengan warga, Ganjar akhirnya menginap semalam di rumah di depan balai desa, Sujiyanto. Tak ada penyambutan istimewa dalam rumah khas masyarakat Jawa itu. ( Kontributor Semarang, Nazar Nurdin)