TRIBUNNEWS.COM, SITUBONDO - Suja'i, warga Dusun Nangkaan, Desa Paowan, Kecamatan Panarukan, terpaksa hidup dirumah yang tidak layak.
Wanita berusia 80 tahun ini yang lumpuh akibat kecelakaan itu harus tidur terlentang tanpa alas di rumahnya di bangunan gubuk berukuran 2 X 3 meter.
Selain rumahnya kecil, bangunan rumahnya yang terbuat dari bambu juga rusak. Bahkan dinding rumahnya sudah banyak yang bolong-bolong dimakan usia.
Salah seorang tetangga Suja'i mengatakan, sejak mengalami kecelakaan enam bulan lalun kondisi terus memburuk. Bahkan, kedua kakinya lumpuh tidak dapat berdiri.
"Ingatan Suja'i juga mulai ngebleng atau tidak normal," terang Retno Farida (28) tetangganya kepada SURYA Online saat mendatangi rumah Suja'i, Senin (21/09/2015).
Dikatakan, selama ini Suja'i hidup sebatang kara dan tidak memiliki saudara. Sehingga rumahnya selalu berpindah pindah, karena tidak memiliki lahan sendiri untuk membangun rumahnya tersebut.
"Waktu kondisinya masih sehat, Suja'i sering menyapu di rumah orang dan dapat upa Rp 2 ribu," kata perempuan yang juga anggota forum komunikasi peduli kasih ini.
Sebelumnya, nenek renta tak berdaya ini pernah mendapatkan bantuan langsung tunai (BLT) yang diglontorkan pemerintah.
Namun, setelah tiga kali menikmati bantuan dari pengurangan subsidi BBM tersebut, tiba tiba nama Suja'i hilang karena dicoret.
"Saya sudah mengurusi, tapi sampai sekarang tidak jelas," katanya.
Yang tragis, sambung Retno, sejak kondisi tetangganya lumpuh, tidak ada satupun petugas atau pejabat yang datang menjenguk kondisi nenek sebatang kara tersebut.
"Petugas kesehatan pun juga tidak pernah ada yang datang," jelasnya.
Meski hidup seorang diri didalam rumah , akan tetapi dirinya merasa khawatir karena takut ada binatang yang berbahaya memasuki rumahnya.
"Sampean lihat sendiri, rumahnya banyak rusak dan bolong bolong," tukasnya.
Kondisi kesehatan Suja'i dua minggu ini terlihat menurun dan tidak mau makan nasi, melainkan hanya mau makan roti dan minum teh.
"Ya saya belikan, kalau cuman makan sudah saya siapkan setiap harinya," kata wanita yang aktif diorganisasi kemanusiaan ini.
Sementara itu, ketua FKPK Situbondo, Juhari mengungkapkan pihaknya sudah menemukan 8 orang yang hidupnya sama dengan Jamalia dan Suja'I di satu kecamatan.
Juhari menegaskan, banyaknya temuan kondisi masyarakat memperihatinkan itu, seharusnya pemerintah segera menyediakan panti jompo.
"Orang yang kondisinya seperti ini, mereka layak dipelihara pemerintah," kata Juhari.