Laporan Reporter Tribun Jogja, Kurniatul Hidayah
TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Adibah Afriastini Wenni, siswi SMA Muhammadiyah 7 Yogya, kini bisa tersenyum lega.
Usahanya untuk menghasilkan sebuah produk yang berguna bagi masyarakat telah terwujud.
Mie Beton, mi instan yang terbuat dari biji buah nangka telah lolos dan menjadikannya salah satu finalis Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional (LKTIN) di UGM.
Lomba tersebut mengharuskan Adibah mengolah limbah yang nantinya bisa digunakan untuk bahan pangan.
Pilihan jatuh kepada biji nangka. Limbah yang paling banyak ia temui di pasar yang tak jauh dari kediamannya.
Melalui internet, Adibah menemukan sebuah skripsi yang mengangkat tentang pengolahan biji nangka menjadi tepung.
"Biji nangka dicuci lalu direbus. Setelah itu dikupas dan ditumbuk. Biji nangka yang sudah halus dikeringkan di bawah sinar matahari selama satu hari".
"Baru bisa diayak hingga mendapatkan tepung dengan butiran yang sangat halus," urainya saat ditemui di sekolahnya, SMA Muhammadiyah 7, Rabu (21/10/2015).
Dara kelahiran Barru, 30 April 1998 tersebut mengaku hanya melakukan percobaan dua kali hingga dapat hasil yang memuaskan.
Komposisi yang digunakan sangat sederhana, mulai dari tepung biji nangka, telur, garam, dan air.
Seperti tujuan awal, yakni untuk menciptakan mi yang aman dikonsumsi tiap hari, dia sama sekali tidak menggunakan MSG.
"Kurang lebih 20 biji nangka bisa menjadi satu kemasan mi ukuran 30 gram. Produk ini dinamakan Mie Beton," bebernya kepada Tribun Jogja.
Menurut penuturan Adibah, biji nangka memiliki kandungan karbohidrat yang lebih tinggi dari gandum.
Cocok digunakan sebagai alternatif bahan pangan di Indonesia.
Selain itu, mi berbahan dasar biji nangka ini bermanfaat untuk mencegah anemia, kesehatan rambut, mencegah konstipasi, mengatasi penyakit kulit, dan menghambat kanker.
Anak sulung dari tiga bersaudara ini telah menciptakan mi Beton dalam empat warna. Warna tersebut dihasilkan dari bahan alami seperti wortel, daun kelor, dan kunyit.
"Daun kelor ini memiliki kalsium tiga kali lebih tinggi dari susu. Selain rasa-rasa tersebut, ada juga mi beton rasa original," imbuhnya.
Sementara itu, guru pembimbing Adibah, Exwan Andriyan Verrysaputro, mengatakan jika pengemasan mi ini juga merupakan usaha untuk memperkenalkan kearifan lokal.
"Kemasannya menggunakan motif batik gagarag Yogyakarta," ucap Exwan.
Produk ini memang belum dipasarkan. Exwan dan pihak sekolah berkonsentrasi untuk mematenkan merek mi Beton tersebut.
"Nanti setelah lomba usai, Mie Beton akan dibawa ke Dinas Pendidikan dan Dinas Kebudayaan untuk dilihat lagi kandungan yang terdapat di dalam mi beton," tutupnya. (tribunjogja.com)