TRIBUNNEWS.COM, JAMBI - Di kalangan awam, nama Profesor Zeily Nurachman tentu asing. Siapa sangka, ia adalah sosok dibalik teknologi sederhana system kelas bebas asap. Kini teknologi itu diadopsi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk diterapkan di sembilan provinsi.
Zeily merupakan guru besar Fakultas MIPA Institut Teknologi Bogor (ITB). Kemarin, Tribun Jambi (Tribunnews.com Network) berkesempatan berbincang dengannya di Hotel Abadi.
Sosok berkacamata ini tampak low profile. Ia menceritakan awal penemuan teknologi tersebut saat ia bersama beberapa rekannya sesama ilmuwan. Penelitiannya bahwa filter ikan (akuarium) bisa dimodifikasi untuk menghalau kabut asap.
"Di ITB teman-teman bilang kamu kan punya ide banyak. Saya coba postingkan lewat Facebook, dilihat saudara di Sumatera di Kalimantan. Filter ikan hias bisa digunakan untuk menghalau asap mudah ditemukan di toko ikan hias, harganya hanya Rp 15 ribu," bebernya.
Hingga akhirnya, temuan ini sampai ke petinggi negara yang tengah mencari rumusan untuk mengurangi korban ISPA akibat paparan asap.
Prof Zeily menjelaskan, pada dasarnya pembuatan ruang bebas asap ini menggunakan filter dari dakron berupa alat filter yang biasa digunakan pada saringan akuarium.
"Dakron berfungsi sebagai filter, gunanya menahan dan menangkap asap. Yang menangkap ada air yang menempel," katanya.
Secara sederhana ia memaparkan cara kerja sistem ini. Cara yang tentunya bisa dipraktikan di rumah atau ruangan lainnya. Ventilasi ruangan harus ditutup dengan filter dakron. Dakron ini pada bagian luarnya dibasahi dengan air kapur. Atau bisa juga menggunakan air abu yang berfungsi menangkap gas COx, NOX dan Sox.
Di dalam ruangan juga dipasang akuarium berisi ikan dan alga. Selain itu di dalam ruangan diletakkan tanaman dalam pot.
"Karena porinya masih ukuran besar masih ada yang masuk, akuarium lah yang bekerja, alga makanannya ya itu," paparnya.
Selanjutnya di salah satu sisi ventilasi udara juga dipasang exhaust fan untuk membawa udara yang masuk agar keluar. Kipas angin juga diperlukan untuk menyebar asap yang ada di dalam ruangan agar menempel di filter dakron. Ia memberi catatan, agar dakron dibasahi setiap tiga jam sekali.
Properti tersebut bisa dibongkar pasang disesuaikan dengan kondisi asap.
"Dari hasil uji coba di Sumatera Barat di beberapa ruang kelas cukup efektif menurunkan ISPU di dalam ruangan kelas. Jadi rumah sebagai bunker pelindung asap," katanya.
Ia mengaku sempat banyak yang mengkritik efektifitas sistem ini. Ia mengatakan, ini bukan temuan pertamanya yang sampai ke Jokowi. Ia juga pernah menyampaikan hasil penelitiannya ke Presiden tentang tanaman alga yang bisa menghasilkan minyak.