TRIBUNNEWS.COM, Aceh - Tsunami Aceh pada 26 Desember 2004 bukan sekadar bencana alam.
Tsunami Aceh adalah tragedi yang mengubah sejarah dan meninggalkan jejak mendalam dalam ingatan masyarakat Indonesia.
Bencana gempa berkekuatan 9.0 skala Richter dan tsunami setinggi 30 meter menghantam provinsi tersebut, merenggut ratusan ribu nyawa.
Di tengah puing-puing kehancuran, terdapat cerita haru yang takkan terlupakan dari para korban yang berhasil selamat, seperti yang dialami Teungku Sofyan dan Dihra.
Keduanya berhasil selamat melewati bencana dahsyat. Bagaimana kisah keduanya?
Baca juga: Tanggal 26 Desember 2024 Memperingati Hari Apa? Ada Peringatan 20 Tahun Tsunami Aceh
Teungku Sofyan: Terkubur Selama Tujuh Hari
Teungku Sofyan, seorang pemuda berusia 20 tahun, terhempas ombak tsunami dan tertimbun reruntuhan selama tujuh hari.
Selama tujuh hari itu, ia berjuang bertahan tanpa makanan dan minuman, hingga akhirnya ditemukan dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.
Dalam keadaan tubuh penuh luka dan lemah, Sofyan berhasil ditemukan oleh warga yang mendengar rintihannya pada (2/1/2005).
Tempat ditemukan Sofyan itu letaknya beberapa kilometer dari rumah tinggal Sofyan.
"Saat itu kondisinya memang lemah sekali."
"Ia lemas. Tapi waktu kami kasih air putih, masih bisa meneguknya," ujar salah satu warga kepada SerambiNews.com, pada 2004 silam.
Dihra: Selamat Berkat Tong Sampah
Hadiratul Uhra, yang akrab dipanggil Dihra, selamat dari terjangan tsunami saat usianya baru 13 tahun.
Dihra adalah seorang pelajar kelas 1 MTSN Model Banda Aceh sekaligus anak dari Ketua Pengadilan Tinggi Agama (PTA) Provinsi Aceh, Drs H Sofyan Muhammad Saleh SH.
Ketika tsunami melanda, dia berada di atas mobil yang tak berdaya, saat gelombang mengempas.