Laporan Reporter Tribun Jogja, Pristiqa Ayun Wirastami
TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Pada 2017 mendatang, DIY ditargetkan bebas buta aksara.
Oleh karena itu, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) DIY tengah sibuk melakukan berbagai upaya untuk bisa mencapai target tersebut.
Kepala Disdikpora DIY, Baskara Aji memaparkan dari data masing-masing kota dan kabupaten yang ada di DIY, angka buta aksara paling tinggi ada di Gunungkidul yakni sebesar 39 persen.
Lalu disusul Bantul sebesar 29 persen dan Sleman sebesar 20 persen.
Sementara Kulonprogo dan Kota Yogyakarta tingkat buta aksaranya paling rendah, yakni masing-masing 9 persen dan 3 persen.
"Target kami di 2017 mendatang, DIY bisa bebas buta aksara hingga 95 persen," kata Aji, Minggu (8/11/2015) dalam rangka menyambut Hari Aksara Internasional (HAI) ke-50 DIY yang digelar di Gedung Olahraga Amongrogo pada Senin (9/11/2015).
Namun meski begitu, Aji mengatakan angka buta aksara di DIY pada tahun 2015 telah menurun cukup banyak dibandingkan pada tahun 2014.
Berdasarkan hasil verifikasi buta aksara usia 15-59 tahun per 3 November 2015, sebanyak 29.064 warga DIY masih mengalami buta aksara.
Sedangkan jumlah angka buta aksara pada tahun 2014 lalu mencapai 47.776 orang atau 7,14 persen dari total penduduk DIY usia 15-59 tahun.
Penurunan angka buta aksara tersebut, menurut Aji dikarenakan adanya program percepatan pengentasan buta aksara yang rutin dilakukan oleh Disdikpora DIY.
Program yang digulirkan antara lain penyiapan petugas khusus dalam pendataan angka buta aksara hingga ke tingkat bawah.
"Petugas pendataan tersebut melakukan pendataan secara lengkap di seluruh desa di DIY. Hasil pendataan kemudian ditindaklanjuti dengan mengintensifkan koordinasi dengan pengelola Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)," jelas Aji.
Bersama PKBM, Disdikpora DIY melakukan berbagai koordinasi untuk memberantas buta aksara di DIY. Hal ini dilakukan karena PKBM yang paling mengerti kondisi lapangan dalam penuntasan buta aksara.
Jumlah PKBM di DIY saat ini mencapai 217 lembaga. Dari jumlah tersebut, tutor yang dimiliki PKBM mencapai 3600 orang.
Model pembelajarannya pun dibuat semenarik mungkin agar masyarakat tidak bosan. Materi tak hanya diisi oleh pelatihan membaca dan menulis saja.
Melainkan juga belajar ketrampilan lain seperti membatik, membuat kerajinan dari kayu, makanan, hingga jamu tradisional. (tribunjogja.com)