TRIBUNNEWS.COM - Miftahun Nurrochman namanya. Pemuda kelahiran 6 Oktober 1996 itu lahir di perkampungan transmigran di Pelita Jaya Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan (Sumsel).
Saat ini atas prestasinya, Miftahun Nurrochman adalah satu di antara duta Indonesia dan Sumsel yang berkesempatan menimba ilmu di perguruan tinggi elite di Negara Tirai Bambu, Mechatronics Technology Nanjing Polytechnic Institute (NJPI), Tiongkok.
Perjalanan Miftahun hingga bisa bersekolah di kampus prestius itu penuh liku.
Dia adalah anak seorang petani transmigran yang hijrah ke Sumsel pada tahun 1988 melalui program transmigrasi yang digalakkan kala itu.
Hidup di daerah transmigrasi tak serta merta selalu diliputi kesuksesan.
Bahkan pada saat krisis ekonomi 1998, pertanian orang tuanya terserang hama dan tanah tandus. Karena tak sanggup membeli beras maka ubi pun menjadi makanan pokok.
“Karena kondisi hidup yang sangat berat, maka orang tua memutuskan untuk pindah ke Desa Talang Taling. Di lokasi baru kami hanya tinggal di gubuk beratap daun di perkebunan” kata dia.
Meski tinggal di tempat yang kurang layak tak mengecilkan semangat Miftahun. Kondisi tersebut malah semakin memacu dirinya untuk berprestasi di sekolah.
Hal tersebut diwujudkan lewat cara menjadi peringkat pertama di Kelas 3 SD dan menjadi 10 besar hingga sampai pada masa kelulusan SD.
Karena kondisi orang tuanya yang hanya berpenghasilan dari buruh tani, Miftahun sempat terancam tidak bisa melanjutkan sekolah. Beruntung, sang kakak ikut membantunya.
Kakak Miftahun kemudian bekerja sebagai sopir untuk membantu biaya transportasi sang adik karena lokasi sekolah yang jauh.
“Tanpa ada bantuan dari kakak saya tidak mungkin bisa menyelesaikan studi di MTs,” ujar Miftahun. “Karena dukungan orang tua dan saudara saya akhirnya bisa melanjutkan studi ke SMKN 1 Gelumbang,” ujarnya.
Dari Amerika hingga ke China
Berbeda dari anak SMK pada umumnya, Miftahun memilih untuk tekun studi.
Ketekunannya tersebut membawanya menjadi kandidat mengikuti perlombaan Indonesian Science Project Olympiad (ISPO) pada 26-28 Februari 2015 yang diselenggarakan Pacific Countries Social and Economic Solidarity Association (PASIAD) Indonesia kerjasama Indonesia-Turki.
Ia membuat alat penaik tegangan dari 12 Volt DC menjadi 220 Volt AC dengan menggunakan tiga komponen. Alat buatannya berhasil meraih medali perunggu International Young Inventors Project Olympiad (IYIPO) yang diselenggarakan di Tbilisi-Georgia, Eropa pada 1-3 Mei 2015.
“Seneng banget karena akhirnya perjuangan orang tua dan saudara tidak sia-sia, karenanya saya terus belajar dengan giat,”kata Miftahun.
“Bahkan saya rela berkelahi dengan teman-teman sewaktu sekolah dahulu gara-gara diajak membolos,” kenang Miftahun.
Tak hanya berhenti mendapatkan mendali perunggu, Miftahun setelah lulus mendapatkan kehormatan dari pemerintah Sumsel dengan menjadi satu di antara kandidat dalam Program Kuliah Gratis (PKG).
Lewat program itulah dia mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan studi di Mechatronics Technology Nanjing Polytechnic Institute (NJPI).
Program Kuliah Gratis
Adapun pelaksanaan tahap awal beasiswa program kuliah gratis (PKG) diberikan kepada sekitar 2.000 orang mahasiswa, baik yang kuliah di perguruan tinggi di Sumsel, luar provinsi, dan luar negeri.
Angka tersebut termasuk para mahasiswa Program Santri Jadi Dokter (PSJD) maupun mereka yang sedang kuliah di luar negeri dan telah dibiayai Pemprov Sumsel sebelum PKG diluncurkan.
Pada 2014, Pemprov Sumsel telah mengirim sembilan orang ke Tiongkok yaitu, satu orang di Nanjing College Chemical of Technology (NJIST), lima orang di Nanjing Institute Railway of Technology, dan tiga orang di Jiangsu Institute of Commerce.
Selanjutnya pada 2015, mahasiswa PKG yang dikirim ke Cina yaitu lima orang di Design WUXI Institute of Technology untuk jurusan Fine Art and dan 25 orang di Nanjing Collecge Chemical of Technology (NJIST) untuk jurusan Mechanical Technology, Marketing, Mechanical and Electrical Equipment Repair and Management, dan Mechatronics Technology.
Saat ini terdapat lima orang yang mengikuti Pre-departure Training di SEAMEO SEAMOLEC yang akan berangkat ke WUXI Institute of Technology.
Selain itu, 30 orang sedang mengikuti Pre-departure Training selama tiga bulan di STP Sahid sebelum berangkat ke Jepang.
“Pemprov Sumsel memberikan bantuan kepada mahasiswa yang kurang mampu melalui program PKG, pada tahun keempat ditargetkan mencapai Rp 120 miliar untuk 8.000 penerima,” ujar Widodo, Kadis Pendidikan Pemprov Sumsel.
“Dalam melaksanakan program ini kami juga bekerjasama dengan berbagai universitas dan lembaga baik di Indonesia maupun di luar negeri,” lanjutnya.
Program PKG Pemprov Sumsel menggandeng sejumlah perguruan tinggi di dalam dan luar negeri, antara lain Universitas Sriwijaya, UIN Raden Fatah, Politeknik Sriwijaya, UIN Syarif Hidayatullah, Universitas Negeri Jakarta, SEAMEO SEAMOLEC, STP Shahid, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Nanjing (Tiongkok), Universitas Jiangsu (Tiongkok), dan Universitas Jeiju (Korea Selatan).