TRIBUNNEWS.COM, LAMONGAN - Siapa yang mau berusaha, pasti ada jalan. Pepatah itu yang benar–benar dipegang Iswandi (22), mahasiswa Lamongan semester VII jurusan Peternakan Universitas Islam Lamongan (Unisla).
Bermodal Rp 2,5 juta dan sudah berjalan tiga tahun ini, pemuda asal Dusun Jurug Desa Primpen, Kecamatan Bluluk itu mampu membiayai semua kebutuhan kuliahnya.
Bahkan sampai bisa membantu orang tua dan adik–adiknya.
Ia mendapat penghasilan rata-rata Rp 4 juta per bulan.
Bagaimana caranya?
Iswandi yang ditemui Surya, Jumat (20/11/2015), menceritakan kebershasilannya.
Modal itu kali pertama dibelikan kelinci sebanyak 25 ekor dan kandang yang dibuat dengan tanganya sendiri.
Ketertarikannya beternak kelinci diawali dengan pelajaran yang didapatkannya dari membaca teori.
”Intinya kelinci itu punya prospek besar,” kata Iswandi.
Modal indukan sebanyak 25 ekor terdiri atas kelinci lokal dan kelinci hasil perkawinan silang yang kali pertama dibelinya tiga tahun lalu itu akhirnya berkembang pesat.
Pagi dan malam ia rutin meneliti satu persatu perkembangan masing – masing kelinci.
Dari kebutuhan makan dan minumnya, temasuk saat sudah mulai kawin hingga proses lahir.
Ia terus mengikuti perkembangan semua kelinci yang dipeliharanya sebelum dan sesudah masuk kuliah.
Meski sibuk, Iswandi mengaku sangat enjoy, lantaran sekarang sudah banyak pembelinya dari berbagai daerah di Jawa Timur, seperti dari Kediri, Malang dan Bali.
Para pembeli itu rata – rata datang ke rumah Iswandi. Terkadang ia harus membawakan dan bertemu di tempat yang sudah dijanjikan. ”Seperti di Pasar Agrobis Babat,” katanya.
Kerja keras Iswandi membuahkan hasil. Seekor kelinci itu mampu melahirkan 4 sampai 12 ekor sekali melahirkan anakan.
Soal kebutuhan makanan, aktivis Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) ini hanya mengandalkan tiga jenis makanan, yakni ampas tahu, dedhak dan konsentrat.
Dengan rata – rata modal untuk kebutuhan tiga jenis makanan itu hanya sekitar Rp 300 ribu hingga Rp 400 ribu per bulan.
”Yang bikin cepat gemuk itu ampas tahu,” ungkapnya.
Perawatan kelinci terbilang cukup mudah, hanya dibutuhkan ketelatenan, setiap pagi dan sore kelinci harus diberi makan rumput. Namun jika kesulitan mencari rumput, makanan hewan mamalia ini pun bisa diganti ampas tahu dan konsentrat.
Ssetiap dua hari sekali, kandang harus dibersihkan agar kelinci tidak mudah terserang penyakit.
Untuk proses pengembangbiakan kelinci, setiap pagi kelinci betina dikumpulkan dalam satu kandang dengan kelinci jantan.
Setelah kawin kelinci dipisahkan dan menunggu proses hamil hingga melahirkan.
Dalam sebulan, Iswandi mengaku bisa menjual sampai 100 ekor kelinci.
Dari jenis indukan, kelinci siap potong maupun anakan. Harganya, untuk anakan Rp 20 ribu per ekor hingga Rp 35 per ekor, kelinci daging siap potong Rp 36 ribu per kilogram hingga Rp 50 ribu per kilogram.
”Harga indukan antara Rp 80 ribu per ekor hingga Rp 90 ribu per ekor,” ungkapnya.
Biasanya, kelinci peliharaan Iswandi siap jual jika sudah berumur 1,5 bulan. Untuk anakan dipasok ke toko binatang dan kampus kesehatan.
Ternak kelinci dinilai Iswandi cukup mudah, lantaran kendala yang dihadapi hanya seputar munculnya penyakit kudis.
Penyakit itu pun sangat mudah dimusnahkan hanya dengan obat injeksi.
Ketika musim pancaroba tiba juga terkadang muncul masalah, namun hanya seputar nafsu makan kelinci.
“Biasanya kalau pergantian musim itu nafsu makannya berkurang. Saat itulah harus diberi vitamin,” bebernya.
Iswandi yang terbilang sukses ternyata tidak pelit ilmu. Bahkan ia sekarang mempunyai 20 orang binaan ternak kelinci di lingkungan desanya.
Anak pasangan Seger dan Sriah ini memastikan rutin mengecek ke puluhan orang binaannya itu. Dan penjualan kelinci memang harus ke tempatnya.
Selain itu Iswandi berharap apa yang ditekuni sekarang ini bisa menginspirasi teman mahasiswa lainnya untuk berwirausaha sehingga biaya kuliah tidak minta dari orang tua bahkan sebaliknya bisa membantu ekonomi keluarga.
“Lebih ideal lagi ada pasar khusus kelinci di Lamongan,” harapnya.