News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Cerita Suka Duka Para Imigran di Rumah Penampungan

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Beberapa imigran asal Afghanistan jatuh sakit setelah mogok makan 4 hari di Rudenim Tanjungpinang.

TRIBUNNEWS.COM, TANJUNGPINANG - Para imigran yang selama ini mendiami penampungan atau Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Tanjungpinang memiliki cerita tersendiri.

Cerita itu tidak lepas dari rasa khawatir, tidak nyaman, terpancing emosi dan terlibat perkelahian.

Ketika mulai khawatir tentang kapan bisa mendapat izin untuk berangkat ke negara ke tiga, mereka terlihat tidak nyaman.

Ketidaknyamanan itu kemudian membuat mereka cepat terpancing emosi. Tidak jarang beberapa di antara mereka terlibat perkelahian.

"Semuanya itu sering terjadi di dalam Rudenim. Kalau ada yang tidak beres, mereka kadang terlibat perkelahian. Namun, selama ini, mereka bisa diatur," ungkap Surya Pranata, Kepala Rudenim Kota Tanjungpinang, Sabtu (21/11) malam.

Ada saja alasan yang membuat para imigran ini tidak nyaman lalu sampai terlibat perkelahian. Bahkan yang memicu perkelahian itu hanyalah masalah sepele. Misalnya, beda agama hingga beda bahasa.

"Ada yang tidak mengerti bahasa orang lain pun bisa picu perlahian mereka. Bahkan ada yang tidur ngorok juga bisa jadi pemicu perkelahian," komentar Surya.

Masalah yang kerap memicu perkelahian adalah tata cara beribadah. Surya mengakui bahwa para imigran dari Sudan sering berkelahi dengan imigran dari Afganistan. Pemicu perkelahian mereka adalah perbedaan cara beribadah sebagai penganut Sunni dan Syiah.

"Selain itu perbedaan agama juga selalu menjadi alasan mengapa mereka berkelahi. Misalnya saja, imigram dari Myanmar yang beragama Budha tidak akan pernah cocok dengan para imigran Rohingnya," kata Surya.

Permasalahan yang kerap memicu perkelahian ini menuntut Surya untuk jeli menempatkan para imigran ini dalam ruangan penginapan. Dia memastikan bahwa alasan penempatan para imigran ini lebih berakar pada faktor kenyaman antara seseorang dengan orang lain.

Faktor kenyamanan di antara para imigran itu bisa mengalahkan ketidaknyamanan dalam ruangan akibat penumpukan penghuninya.

"Dalam suatu ruangan, kami bisa menempatkan 30 orang. Tetapi kadang kami memasukkan 40 orang di dalam suatu ruangan. Tidak apa-apa kendatipun banyak orang, asalkan mereka saling merasa nyaman," jelas Surya.

Selain jeli menempatkan para imigran ini dalam suatu ruangan, Surya juga selalu memberikan kesempatan bagi mereka untuk melepaskan kepenatannya.

Para imigran itu selalu diberi waktu istirahat, rekreasi dan olahraga secukupnya. Kebijakan ini membuat mereka lebih nyaman menikmati hidup di dalam Rudenim sebelum dikirim ke negara ke tiga.

"Mereka tidak diizinkan keluar dari Rudenim. Namun, kami selalu membuat mereka nyaman berada di dalam. Itulah seninya mengurus para imigran," ucap Surya seraya mengaku saat ini sedang mengurus 479 para imigran dari 12 negara. (Tribun Batam)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini