Laporan Reporter Tribun Jogja, Khaerur Reza
TRIBUNNEWS.COM, YoOGYAKARTA - Sri Paduka Paku Alam IX dikenal sebagai sosok yang santun dan humanis.
Dengan kepergian almarhum, banyak kalangan yang merasa kehilangan.
Mulai dari rakyat biasa, pejabat negara, hingga tokoh masyarakat silih berganti berdatangan ke Puro Pakualaman Yogyakarta sejak jenazahnya disemayamkan di tempat tersebut Sabtu (21/11/2015) hingga diberangkatkan ke Komplek Pemakaman Astana Girigondo Kulonprogo Minggu (22/11/2015).
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X usai melepas kepergian wakilnya di pemerintahan tersebut mengungkapkan bila sosok Paku Alam IX memiliki aspek sosial kemasyarakatan yang tinggi.
"Ya saya belasungkowo saya juga merasa sangat kehilangan," ucap Sultan, Minggu (22/11/2015).
Sementara Mantan Ketua MUI Din Syamsuddin menceritakan pengalamannya yang beberapa kali bertemu dengan almarhum dalam suasana yang sangat akrab.
"Termasuk ketika bertemu di tanah suci Madinah, beliau melaksanakan ibadah umrah, saya juga umrah. Walaupun berbeda rombongan namun akrab," ceritanya.
Din menilainya almarhum sebagai raja jawa yang sangat dekat dengan Islam.
Almarhum juga dinilainya mempunyai visi membangun daerah dengan karakter luhur, sebagai seorang dengan gelar Paku Alam dia dekat dengan mesayarakat biasa.
"Dia raja tapi mudah akrab, sambil merokok pertemuan kita sangat berkesan, saat bincang-bincang dan bersahabat," katanya.
Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin yang juga hadir melayat menilai Paku Alam IX seperti orangtua yang selalu memgayomi.
"Beliau orangtua kita, saya merasa kehilangan atas kepulangan beliau. Tokoh yang mengayomi, dekat dengan anak muda, humoris, dan mudah cair dengan siapa saja," ungkapnya.
Dikatakan Lukman, dirinya merasa kehilangan sosok Paku Alam IX yang bisa dekat dengan anak muda.
"Dia tidak mengesankan berjarak dengan anak muda. Terus terang kita semua kehilangan figur seperti beliau. Kita berharap, semoga dimudahkan berpulang ke Rahmatullah," tambahnya.