Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Vivi Febrianti
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR TENGAH - Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto, menjadi panelis dalam sesi Focus on The Post-2015 Period – How to Accelerate Local Climate action.
Sesi Panel Urban Low Emission Development And North-South Cooperation diadakan di sela gelaran Konferensi Perubahan Iklim ke-21 PBB atau COP21.
Pada sesi panel tersebut, Bima Arya menyampaikan tantangan yang dihadapi Kota Bogor mengurangi emisi gas rumah kaca.
"Laporan inventarisasi emisi gas rumah kaca kita tahun 2014 mencapai 2,6 juta ton karbondioksida, sebagian besar dari sektor transportasi, padahal tahun 2010 baru mencapai 2 juta ton karbondioksida. Jadi kita harus berbuat sekarang juga dalam adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dengan berbagai tantangan didalamnya," kata Bima dalam siaran pers yang diterima TribunnewsBogor.com, Kamis (10/11/2015).
Kekhawatiran itu disampaikan Bima Arya di hadapan peserta yang terdiri dari aktivis lingkungan hidup, pejabat pemerintah, perusahaan swasta dan pemangku kepentingan lainnya.
Panelis lainnya menyinggung soal pentingnya usaha bersama semua pihak dalam mengantisipasi perubahan iklim.
Panelis lain di antaranya Wali Kota Sydney Australia, Clover Moore; Wali Kota Atlanta Amerika Serikat, Kasim Reed; Wali Kota Belo Horizonte Brasil, Marcio de Lacerda; Wali Kota Cape Town Afrika Selatan, Johannes Merwe dan Jennifer Layke dari WRI/SE4AIIBEA.
Bima memastikan Bogor telah melakukan berbagai upaya pengurangan emisi gas rumah kaca di Kota Bogor di antaranya hasil kerja sama dan batuan dari lembaga nonpemerintah internasional.
Di antaranya lembaga independen Perancis AFD yang telah melakukan kajian di Kota Bogor tentang Smart Street Lighting & Climate Change Action Plan serta lembaga riset Jepang NIES yang telah memberikan bantuan alat monitoring penggunaan energi.
Pemerintah Kota Bogor akan terus melanjutkan program mitigasi dan adaptasi perubahan iklim ini di tahun depan, yakni, rerouting angkot, bus rapid transit, pembangunan transit oriented development, green energy untuk bahan bakar angkot dan lainnya.
"Kami menargetkan penurunan emisi hingga 29 persen. Target tersebut sesuai dengan target nasional penurunan emisi gas rumah kaca," beber Arya.
Bima mengakui tidak mudah mencapai target tersebut bila tidak didukung oleh komitmen yang kuat dari Pemerintah Pusat dan lembaga internasional dalam upaya pengurangan emisi gas rumah kaca.