Laporan Wartawan Surya, David Yohanes
TRIBUNNEWS.COM, KEPANJEN - Sebanyak 15 orang anggota Gafatar diketahui berasal dari Kabupaten Malang, mereka berasal dari Kecamatan Kromengan dan Pagelaran.
Data 15 warga Kabupaten Malang diketahui berdasar data Pemprov Jawa Timur, di antaranya 10 warga berasal dari Kromengan, yakni Romini, Edi Priyono (41), Yulia Minten (35), Ariswan Andri Fauzi (18), Alvio Zena Realdo (8), dan Bima Pandi Darma (3).
Tiga orang dari Desa Karangrejo, yaitu Sukirno, Suprihatin, dan Denta Mirachandra Kirana
Sedangkan enam sisanya berasal dari Desa Kademangan, Kecamatan Pagelaran yakni Soeharto (42), Anita Eva Nuryati (31), Edi Subagyo (18), Prasojo Aditama S (2) Prayoga Andi S (6 bulan).
Sementara tiga anak-anak yang belum diketahui secara pasti identitasnya yakni Putri (3), Kenzi (3 bulan) dan Kalla (3 bulan).
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Malang, Choirul Fathoni, mengatakan pihaknya masih berkoordinasi dengan Pemprov Jatim untuk mengetahui identitas warga Malang yang bergabung Gafatar berdasarkan nama dan alamat mereka.
"Kita tunggu saja, nanti pasti ada identitas mereka by name by address. Sementara itu kita siapkan penanganannya," ujar Fathoni di Gedung DPRD Kabupaten Malang, Jumat (22/1/2016).
Masih menurut Fathoni, banyak di antara anggota Gafatar yang sudah melepaskan status kependudukannya daerah asalnya, sehingga secara administrasi kependudukan bukan lagi warga Kabupaten Malang. Masalah ini bakal dibahas khusus.
Dijadwalkan pada Senin (25/1/2016) akan digelar rapat koordinasi Forum Pimpinan Daerah yang membahas penanganan terbaik bagi bekas anggota Gafatar.
"Kita libatkan Dinas Sosial, kemudian FKUB (Forum Kerukunan Umar Beragama) dan para intel. Kita siapkan sebaik-baiknya," terang Fathoni.
Ia berharap tidak ada gejolak dalam proses kepulangan bekas anggota Gafatar, sehingga tokoh masyarakat dan tokoh agama diminta terlibat dalam proses penyambutan.
Lima bulan lalu Gafatar pernah izin beraktivitas di Kabupaten Malang, namun Bakesbangpol meminta agar mereka tercatat secara resmi dan mengajukan proposal.
Setelah ditunggu, hingga kini perwakilan Gafatar tidak ada yang menindaklajuti izin tersebut. "Mereka datang baik-baik, dan sikap mereka juga humble. Tidak ada yang aneh dengan mereka," tutur Fathoni.
Kapolres Malang, AKBP Yudo Nugroho, mengaku belum mendapat laporan tentang Gafatar, namun melihat perkembangannya, mereka siap melakukan pengamanan.
Permasalahan yang mungkin timbul, sambung Yudo, adalah sikap warga sekitar dan jangan sampai terjadi penolakan yang berujung pada kekerasan.
"Kalau rumahnya terlanjur dijual, mereka akan tinggal di mana? Terus apakah warga sekitar bisa menerima mereka kembali. Itu harus dipikirkan," sambung Yudo.