Laporan Reporter Tribun Jogja, Anas Apriyadi
TRIBUNNEWS.COM, BANTUL-Pengungkapan kasus terbunuhnya mantan wartawan Bernas, Fuad Muhammad Syafruddin atau Udin hingga kini belum menemui titik terang .
Secara khusus, para wartawan di Bantul bersama keluarga almarhum, mencoba mengingatkan kematian Udin, 20 tahun lalu pada dperingatan Hari Pers Nasional pada 9 Februari 2016.
Untuk memperingati hari pers nasional, sejumlah wartawan melakukan ziarah ke makam Udin pada Selasa (9/2/2016) di Gedongan, Trirenggo, Bantul.
Ketua Forum Pewarta Bantul (FPB) Santoso Suparman mengungkapkan ziarah ke makam Udin dilakukan karena tokoh pejuang pers Indonesia itu merupakan simbol perjuangan wartawan yang tak kenal lelah dan tidak takut akan segala resiko.
"Mas Udin wafat karena berita, dan kita juga masih prihatin karena wafatnya beliau masih misterius hingga sekarang," ujarnya.
Menurutnya, prinsip perjuangan Udin harus jadi contoh dan semangat bagi para jurnalis dalam menjalankan tugas profesinya menyampaikan pemberitaan yang obyektif kepada masyarakat.
"Rekan kita, senior kita Mas Udin telah berjuang melalui penanya sampai akhir hayatnya dan semoga saja kedatangan kita memberikan manfaat," katanya.
Udin merupakan wartawan Bernas kerap menulis berita kritis kepada pemerintahan masa Orde Baru itu meninggal pada 16 Agustus 1996 karena dianiaya orang tak dikenal di depan kontrakannya Jalan Parangtritis, Gelangan-Samalo, Patalan, Jetis.
Namun, hingga kini kasusnya belum menemui titik terang hingga dianggap kadaluarsa kasusnya pada Agustus 2014.
Adik kandung almarhum Udin, Nur Fauzan yang turut hadir dalam ziarah mengungkapkan dari keluarga sebenarnya sudah mengikhlaskan meninggalnya Udin sejak lama.
Namun iajuga tetap berharap misteri tetbunuhnya Udin tetap sut sampai tuntas.
"Kalau bisa sih saya dari keluarga berharap tetap diusut, jangan terus ada kadaluarsanya, harusnya tidak ada batasnya," tuturnya.