“Waktu saya pertama kali menginjakkan kaki di Darussalam sambutan hangat penuh harapan dari masyarakat membuat saya terharu," kata Erlanda saat Serambi menyambangi SDN Darussalam, pekan lalu.
Tatapan masyarakat penuh harapan itu seolah agar saya hadir di sini, mendidik anak-anak mereka dan ini membuat saya makin betah di kampung ini.
Erlanda sempat bimbang saat mengajar di daerah terpencil yang dikelilingi gunung dan rimba. Kondisi tak memungkinkan ia protes, termasuk rumah tua yang ia tinggali bocor dan dindingnya rapuh. Di sini listrik belum ada dan suasana gelap gulita.
Wira, Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae) jantan koleksi KBS yang baru berada di kandang sementara usai diserahterimakan dari Taman Safari Indonesia, Minggu (27/9). Dengan datangnya Wira, maka jumlah koleksi harimau Sumatera di KBS bertambah, dari berjumlah 9 ekor, sekarang menjadi 10 ekor. SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ
Jangankan televisi, sinyal telepon seluler jadi barang mahal di sana. Warga di tempatnya tinggal sudah berkali-kali merasakan teror harimau yang masuk dan keluar perkampungan untuk mencari mangsa binatang ternak.
Sulitnya hidup di dearah terpencil dirasakan Elanda ketika harus berjalan kaki sejauh belasan kilometer untuk mengangkut kebutuhan bahan pokok.
”Jika hujan lebat kami tidak bisa belanja atau pas belanja ke Subulussalam tiba-tiba hujan deras terjebak banjir dan lumpur maka harus bermalam di luar,” ungkap guru asal Kutacane ini yang mengeluhkan kurangnya perhatian negara terhadap guru.
Menteri Desa Marah ke Dirut Garuda
Sementara di Yogyakarta, Menteri Desa dan PDT, Marwan Jafar, marah-marah saat memberikan seminar nasional tentang desa di Universitas Gadjah mada, Yogyakarta. Sikapnya tersebut bukan soal materi seminar melainkan menyinggung Garuda Indonesia.
Maskapai pelat merah Indonesia tersebut membuat Marwan mangkel karena peswat yang ditumpanginya sesuai jadwal berangkat pukul 10.00 WIB namun terlambat. Pesawat baru mengudara dari Jakarta tujuan Yogyakarta pada 11.30 WIB.
Menteri Desa dan Pembangunan Desa Tertinggal, Marwan Jafar, menjadi pembicara dalam seminar, Peta Desa untuk Percepatan Pembangunan Desa dan Kawasan Pedesaan, di University Club UGM, Yogyakarta, Rabu (24/2/2016). TRIBUN JOGJA/KHAERUR REZA
"Kalau kita ketinggalan dua sampai tiga menit saja sudah ditinggal, tapi kalau delay bisa dua sampai tiga jam kita tidak dapat apa-apa," ujar Marwan berapi-api.
Marwan memang datang sangat terlambat. Awalnya Marwan dijadwalkan tiba ke acara pukul 09.00 WIB namun molor sampai pukul 13.20 WIB.
Terpisah, manajemen PT Garuda Indonesia menanggapi kekecewaan Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal, Marwan Djafar, sebagai penumpang.