TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Pendiri Rumah Sunatan, dr. Mahdian Nur Nasution SpBS mengatakan, saat ini khitan atau sunat seringkali tidak hanya jadi momok bagi anak laki-laki, tapi juga orangtua.
"Belakangan ini rasa takut juga dirasakan oleh orangtua si anak, khawatir hasil sunat tidak indah secara kosmetik karena hasil khitan menentukan ‘masa depan’ si anak," kata dr. Mahdian Nur Nasution SpBS, dalam acara Launching Mahdian Klem di Hotel Ceilendra Prime, Yogyakarta belum lama ini.
Agar bisa mendapatkan hasil sunat yang indah secara kosmetik, baik saat ereksi ataupun tidak, diperlukan tingkat keahlian dan kecakapan yang tinggi.
Hasil ini dapat dicapai oleh dokter yang sudah berpengalaman atau oleh ahli bedah plastik.
"Dokter bedah plastik umumnya melakukan sirkumsisi dengan menggunakan scalpel, tidak lagi menggunakan gunting atau elektrokauter," katanya.
Dalam menyunat, dokter perlu memerhatikan teknik yang digunakan untuk menghindari cedera, perdarahan berlebih, dan menghindari komplikasi lainnya.
Sunat adalah tindakan untuk membuang kulup (prepusium), yaitu kulit yang menutupi kepala penis.
Tindakan ini umumnya dilakukan atas latar belakang budaya dan agama, meski belakangan sudah banyak juga pria yang melakukannya dengan alasan kesehatan.
Ahli bedah plastik J. Francois Eid. Dr. Eid mengatakan, agar bisa menghasilkan khitan yang bagus, dalam membuka kepala penis dengan cara membuang sebagian kulit di bagian pangkal penis, bukan pada prepusium.
"Lakukan induksi agar terjadi ereksi sebelum sunat dilakukan sehingga panjang kulit yang dibuang dapat ditentukan secara tepat. Hasilnya, kulit tidak terlalu longgar ataupun terlalu banyak dibuang dan tampak bagus saat terjadi ereksi,' katanya.
Hasil sirkumsisi yang baik secara estetik juga akan memengaruhi seseorang dalam pemilihan teknik dan tempat untuk melakukan sirkumsisi.