Selain tiga kolonel itu, para perwira lain yang juga tewas dalam kejadian itu adalah Letkol CPM Teddy S. Prapat (Komandan Detasemen Polisi Militer Palu), Mayor Faqih Rasyid (Kepala Penerangan Korem 132/Tadulako), Kapten Yanto (dokter Korem), Kapten (Pnb) Agung (pilot helikopter), dan Letnan Satu (Pnb) Wiradi (ko-pilot) dan Letnan Dua (Pnb) Tito.
Empat korban tewas lainnya adalah Prajurit Dua Kiki (ajudan Danrem), Sersan Satu Bagus (kru helikopter), Sersan Dua Karmin (kru helikopter), dan Prajurit Satu Bangkit (kru helikopter).
Berdasarkan informasi yang dihimpun dari lokasi kejadian tadi malam, sebelum jatuh dan terbakar, helikopter yang digunakan anggota TNI dalam Operasi Tinombala itu sempat berputar-putar di atas pemukiman warga.
"Banyak warga yang sempat melihat helikopter sempat berputar-putar sebelum jatuh dan terbakar. Saat itu situasi menjelang azan maghrib," kata warga di lokasi kejadian.
Operasi Tinombala yang dimulai sejak 10 Januari 2016 adalah operasi gabungan Polri dan TNI untuk menangkap kelompok teroris Poso pimpinan Santoso yang bersembunyi di hutan lebat Sulawesi Tengah.
"Dalam rangka operasi Tinombala, itu operasi gabungan TNI Polri dalam rangka mengejar kelompok teroris pimpinan Santoso," kata Kapolda Sulteng, Brigjen Rudy Sufahriadi, Minggu (20/3/2016) malam.
Operasi Tinombala seharusnya berakhir 9 Maret 2016 lalu.
Namun, Kapolri Jenderal Badrodin Haiti menyatakan operasi itu diperpanjang selama dua bulan. Operasi tersebut didukung oleh Operasi Camar Maleo IV.
Heli naas itu awalnya berangkat dari wilayah Lore menuju Kota Poso.
Namun ketika hendak memasuki Kota Poso, tepatnya di wilayah Poso Pesisir Dusun Patirobajo (sekitar 20 km dari Kota Poso), heli tiba-tiba oleng dan jatuh terbakar serta hancur berkeping-keping.
Wilayah Lore dalam beberapa pekan terakhir ini dijadikan sebagai pusat komando Operasi Tinombala 2016 yang melibatkan sedikitnya 3.000 pasukan gabungan Polri-TNI untuk memburu kelompok radikal Santoso yang diduga kuat melarikan diri ke wilayah Lore.
Sementara itu, Kepala Penerangan Kodam VII/Wirabuana, Kolonel (Inf) I Made Sutia, membenarkan bahwa saat helikopter itu terbang, cuaca setempat memang sedang hujan disertai petir.
"Penyebabnya diduga karena cuaca buruk, iya hujan dan petir," kata I Made Sutia kepada Tribun Network, Minggu (20/3/2016) malam di Makassar, ibukota Sulawesi Selatan (Sulsel).
Poso merupakan bagian dari wilayah otoritas Komando Daerah Militer (Kodam) VII/Wirabuana yang bermarkas di Makassar.