Laporan Wartawan Tribun Bali, I Made Ardhiangga
TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Pedagang Pasar Sukawati mengeluh sepi pembeli. Perputaran uang di pasar tradisional di Kabupaten Gianyar, Bali itu lesu.
Hal itu diketahui ketika senator asal Bali Gede Pasek Suardika melakukan blusukan mendadak, Sabtu (2/4/2016).
"Pasar Seni Tradisional Bali ini mengkhawatirkan. Para pedagang ini kini sepi pembeli. Kalah dengan pasar-pasar modern," kata Pasek kepada Tribun Bali (Tribunnews.com Network), Sabtu (2/4/2016).
Menurut Pasek, hasil kerajinan Sukawati cukup bernilai seni tinggi. Gaya ukiran khas Bali memang sudah merambah internasional. Namun pemerintah seakan diam terhadap fenomena ini.
Bila tidak segera ditangani, bisa benar-benar punah pasar tradisional ini.
"Pemerintah harus hadir di permasalahan ini. Sebab, pasar modern yang sudah mengambil semuanya. Banyak langkah yang harus dilakukan pemerintah. Seperti membenahi suasana tempat belanja, tempat parkir, dan lain sebagainya," tegasnya.
Pasek mengakui, bahwa harga di pasar modern yang ada jauh lebih murah ketimbang Pasar Sukawati. Hanya saja, persoalan itu bisa diatasi apabila sistem yang dibuat lebih pro terhadap pedagang.
Contohnya saja, jika pasar modern itu ada sistem kongsinasi (pembayaran berjangka) untuk modal.
"Urusan harga, harga untuk pasar tradisional itu masih relatif bagus. Keunikan pasar tradisional itu, atau nikmatnya adalah di tawar menawar. Ada ruang terbuka di situ," ujarnya. (ang)