Laporan Wartawan Tribun Jateng, Mamdukh Adi Priyanto
TRIBUNNEWS.COM, PATI- Sejak pertengahan Maret 2016 lalu, obat untuk pengidap HIV/AIDS di Pati mengalami kelangkaan.
Sejumlah penderita atau ODHA yang tergabung dalam Kelompok Dukungan Sebaya Rumah Matahari, Pati pun khawatir kelangkaan tersebut dapat memicu virus makin menyebar ke seluruh tubuh.
"Sifat obat tersebut memang bukan untuk mengobati, melainkan untuk menghambat virus dan menambah kekebalan tubuh."
"Kalau penderita tidak meminumnya dalam sehari dikhawatirkan virus makin meluas. Semisal yang awalnya hanya 20 persen bisa meningkat menjadi 30 persen," jelas Koordinator Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) Rumah Matahari, Ari Subekti yang mewakili ODHA Pati, Rabu (6/4/2016).
Menurutnya, ODHA harus meminum obat dua kali sehari dengan jeda waktu 12 jam.
Tiap meminum obat, ODHA harus menenggak minimal tiga jenis obat sekaligus, yakni Nevirapine, Tenofovir dan Lamivudine.
Saat ini, jenis obat Lamivudine yang masih langka. Biasanya kelompok sebaya mendapatkan pasokan obat dari rumah sakit setempat.
ODHA bisa mendapatkannya secara gratis lewat kelompok sebaya.
"Penderita yang tidak minum obat secara rutin akan membuat kekebalan tubuhnya menurun. "
"Hal itu bisa berakibat tubuh rentan terhadap beragam penyakit. Sehingga, beragam penyakit dapat datang kapan saja. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan," tandasnya.
Ia berharap supaya pemerintah bisa segera menyediakan stok obat bagi ODHA, terutama obat jenis Lamivudine.
Menurutnya, Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Pati dinilai gagal melakukan manajemen stok obat untuk ODHA.
Ia pun sudah berusaha menanyakan perihal itu ke pihak rumah sakit. Mereka beralasan obat tersebut dipasok dari pemerintah provinsi.
Sedangkan Pemprov Jateng pun sedang alami kekosongan stok.
"Di daerah lain, tidak kehabisan stok obat Lamivudine untuk ODHA, Hanya di Pati. Sehingga ada Odha yang sudah telat minum obat selama sepuluh hari," imbuhnya.
Sementara, Kepala DKK Pati, Edi Sulistyono, menyatakan semua stok obat HIV/AIDS memang dipasok dari provinsi. Karena stok provinsi juga kosong sehingga berdampak di daerah.
"Memang di provinsi stok obat sedang mengalami kekosongan. Karena obat di kabupaten dipasok dari provinsi," terangnya.
Ia pun akan mengkomunikasikan kondisi tersebut kepada pihak terkait agar hal tersebut tidak berkelanjutan.(*)