TRIBUNNEWS.COM, TARAKAN - Yohanis Serang, salah satu awak kapal (ABK) TB henry yang selamat dari sergapan kelompok bersenjata Abu Sayyaf tidak henti‑hentinya mengucapkan syukur kepada Tuhan. Yohanis bersama empat ABK lainnya berhasil menyelematkan diri dari kepungan kelompok Abu Sayyaf saat pembajakan di perairan Filipina-Malaysia.
"Saya sangat bersyukur sekali sama Tuhan bisa selamat dari kelompok bersenjata Abu Sayyaf. Ini jalan Tuhan saya bisa selamat dan saya diberikan kesempatan sama Tuhan untuk bertemu dengan anak‑anak dan istri saya," ungkap Yohanis saat ditemui Tribun di rumahnya, Sabtu (23/4/2016).
Setia (7) mencium ayahnya Yohanis Serang salah satu ABK TB Henry yang selamat usai tiba di rumah mereka di kawasan Karang Anyar Tarakan, Kalimantan Utara, Sabtu (23/4/2016). Kapal Tunda (Tag Boat) Henry dengan Kapal Tongkang Chrusty berbendera Indonesia dibajak kelompok bersenjata pada Jumat 15 Aprlil 2016 lalu di perairan perbatasan Malaysia-Filipina. TRIBUN KALTIM/FACHMI
Peristiwa itu tentunya sangat mengerikan bagi Yohanis dan para ABK TB Henri. Mungkin tidak akan pernah dilupakan. Di hadapan sejumlah wartawan yang mendatangi rumahnya di Jl Aki Balak RT 61 Kelurahan Karang Anyar, Tarakan Barat, Yohanis menceritakan kejadian pembajakan kelompok Abu Sayyaf di Kapal TB Henry yang menarik tongkang Cristi.
Ketika itu, menjelang senja malam sekitar pukul 18.30 Wita, Kapal TB Henry dengan kecepatan 40 knot segera berlabuh melewati perjalananan perairan Filipina‑Malaysia atau sekitar Tawi‑Tawi. Kapal yang tidak bermuatan ini dalam perjalanan dari Filipina menuju Tarakan,Kaltara.
Di dalam Kapal TB Henry terdapat 10 awak kapal. Mereka saat itu ada sedang isirahat di kamar. Ada juga yang mandi, mencuci pakaian, nonton televisi, makan hingga membuat kopi di dapur. Saat itu posisi Yohanis Serang membuat kopi di dapur.
Usai membuat kopi, Yohanis naik ke dek kapal untuk mengambil pakaian yang dijemur. Nah saat naik di dek kapal, dari lambung kiri kapal, terlihat ada speedboat yang mendekati kapalnya.
"Melihat ada kapal yang mendekat saya teriak sama teman‑teman, 'ada Abu Sayyaf, ada Abu Sayyaf'. Tapi teman‑teman di kapal tidak percaya kalau ada kelompok Abu Sayyaf. Beberapa teman langsung naik ke atas. Saat itu tiba‑tiba lima orang bersenjata laras panjang sudah naik ke kapal," tuturnya.
Lima orang yang membawa senjata laras panjang dengan pakaian loreng tua warna agak pudar tanpa penutup wajah bicara dengan logat Melayu. "Turun..turun..turun!" bentak salah seorang anggota bersenjata sambil mengacungkan senjata. Mereka langsung melakukan tembakan hingga enam kali dengan posisi senjata mengarah bawah lantai kapal.
Mendengar suara tembakkan tersebut para awak kapal ketakutan. Mereka langsung lari bersembunyi, termasuk Yohanis lari ke arah kamar dan sempat bersembuyi. Merasa takut di kamar sendirian, Yohanis lari ke kamar nakhoda.
Di sana sudah ada nakhodanya Moch Ariyanto Misnan bersama kedua rekannya.
Namun, tak lama kemudian, kelompok bersenjata masuk ke kamar nakhoda.
Yohanis dan keempatnya disuruh keluar ke geladak kapal. Sebanyak 10 awak kapal dikumpulkan di geladak sambil kedua tangan berada di atas kepala. Aaat dikumpulkan, salah satu anggota kelompok Abu Sayyaf melihat handphone Yohanis diletakkan di dalam kantong celana.
Handphone Yohanis pun langsung diambil. Melihat lima orang kelompok Abu Sayyaf sibuk memeriksa rekan‑rekannnya, Yohanis lari melalui pintu darurat yang bentuknya kotak. Di pintu darurat itulah Yohanis yang memiliki tubuh agak kecil langsung memasukkan kakinya dan langsung menurunin anak tangga. Dari pintu darurat, dia menuju kamar mesin dengan cara merayap.
Di dalam kamar mesin inilah, Yohanis tengkurap selama 10 menit. Setelah tidak lagi terdengar suara keributan, dengan penuh keberanian, Yohanis keluar dari kamar mesin naik ke atas kapal. Dia pun kaget melihat temannya Lambas Simanungkalit bersimbah darah di bagian dada sebelah kiri. Lambas ditolong temannya, Royke Fransy Montelelu. Saat itu Lambas memegang dada sebelah kirinya yang tertembak agar darah tidak banyak keluar.