Laporan Wartawan TribunSolo.com, Chrysnha Pradipha
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Masjid Agung Surakarta di Jawa Tengah memiliki kekhasan yang menginspirasi masjid-masjid di tanah air yang arsitekturnya perpaduan budaya Jawa dengan budaya lainnya.
Sekretaris Masjid Agung Surakarta, Abdul Basyid Rohmat, menjelaskan bangunan Masjid Agung Surakarta selalu disempurnakan oleh raja-raja Keraton Surakarta dan Pemerintah Kota Surakarta yang tiap bagiannya mengandung filosofi.
Bangunan-bangunan di Masjid Agung Surakarta yang memiliki ciri khas antara lain, pertama adalah gapura. Gapura masjid bergaya Timur Tengah dengan rongga dan tugu atapnya cembung.
Kedua, kuncungan yang berada di depan masjid dan bentuknya menjorok ke depan ini berfungsi untuk menyambut tamu.
Ketiga, bangunan utama Masjid Agung Surakarta selain bercorak Islami juga memilki latar budaya Jawa dengan bentuk joglo.
Keempat, pawastren di mana dahulu berfungsi sebagai tempat menerima tamu khusus dan mengkhitankan anak raja. Kelima, bedhug dan kentungan yang berfungsi menandai adzan dan ikamah.
Keenam, jam matahari yang dibangun Sri Susuhunan Pakubuwana IV, raja ketiga Kasunanan Surakarta yang memerintah dari tahun 1788 sampai 1820.
Ketujuh, prasasti beraksara Arab dan Jawa, menggambarkan perjalanan serta berdirinya masjid.
Kedelapan adalah mimbar. Menurut sejarah, mimbar yang terbuat dari kayu jati ini peninggalan Sri Susuhunan Pakubuwana X, Raja Kasunanan Surakarta yang memerintah pada tahun 1893 sampai 1939.
Kesembilan, ukiran di pintu-pintu masjid yang mengandung filosofi saat seseorang memasuki masjid diampuni dosanya oleh Allah SWT.
Terakhir, perumahan untuk abdi dalem Kraton Surakarta di sebelah barat masjid ini dibangun masa Sri Susuhunan Pakubuwana X.