News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Fauzan Hanya Berumur 2 Jam, Ari: Jelang Melahirkan, Istri Saya Malah Ditelantarkan

Penulis: Teuku Muhammad Guci Syaifudin
Editor: Wahid Nurdin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi bayi meninggal

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Teuku Muh Guci S

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Ari Tresna (45) masih terngiang soal kematian anaknya, Muhammad Djilzian Tresna Fauzan.

Anak keduanya itu hanya berusia dua jam setelah istrinya, Sri Hartiningsih (35), melahirkan di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA) Astanaanyar, Kota Bandung 31 Maret 2016 sekitar pukul 02.00 WIB.

Ia menuding jika kematian anaknya itu buntut dari buruknya pelayanan rumah sakit milik pemerintah Kota Bandung itu.

Bukan tanpa alasan, ia yang mendampingi proses persalinan istrinya itu meyakini jika kondisi anaknya dalam keadaan sehat.

Ia pun yakin kondisi janin di dalam rahim istrinya itu dalam keadaan sehat sebelum dilahirkan.

"Waktu dilahirkan anak saya juga menangis dan fisiknya bagus. Sempat saya pegang dan saya lihat kondisi fisiknya," kata Ari kepada wartawan di Jalan Soekarno-Hatta, Kota Bandung, Rabu (18/5/2016).

Meninggalnya Djilzian, kata Ari, bermula ketika istrinya mengikuti proses persalinan di RSKIA sejak 30 Maret 2016.

Menurutnya, tak ada satupun dokter atau bidan yang membantu proses persalinan istrinya ketika sudah pembukaan akhir.

"Awalnya petugas melakukan pengecekan setiap 10 menit sekali. Tapi waktu mau melahirkan, tidak ada yang mau menangani. Istri saya cuma ditaruh di meja hangat," ujar Ari.

Ari mengatakan, semua petugas sibuk menangani pasien lain yang kondisinya sedang koma.

Istrinya baru ditangani setelah ia menghubungi kakaknya yang merupakan seorang bidan.

"Setelah ditangani anak saya dibiarkan begitu saja. Tidak langsung mendapatkan penanganan. Tali ari-arinya saja baru dipotong setelah ada seorang dokter menegur perawat. Setelah itu hampir sekitar 20 menit tidak ada penanganan lagi hingga akhirnya meninggal," ujar Ari.

Warga gang Pabaki no 10 A/91 RT 1/3 Kelurahan Panjunan, Kecamatan Astanaanyar ini sempat mengungkapkan kemarahannya ke rumah sakit.

Sebab ia baru diminta menandatangain surat kuasa pengambilan tindakan dan tidak akan menuntut setelah anaknya meninggal tanpa ada penanganan.

"Saya menolak untuk menandatangi itu dan saya ingin keadilan anak saya. Istri saya masih trauma setelah peristiwa ini. Setiap ada suara bayi menangis, istri saya selalu menangis," kata Ari.

Hingga saat ini Ari belum mendapatkan kepastian soal penyebab kematian anaknya tersebut.

Kalaupun ada penjelasan dari rumah sakit, ia mempertanyakan kebenarannya.

Sebab ia tak melihat petugas rumah sakit memeriksa kondisi anaknya.

"Saya sudah lapor ke HLKI dan persoalan saya masuk ke BPSK Kota Bandung. Jumat besok keputusan hasil tuntutan saya. Kalau dipenuhi ya alhamdulillah, kalau tidak saya masuk ke ranah pidana," ujar Ari. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini