Laporan Wartawan Tribun Medan Jefri Susetio
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN- Puluhan siswa SDN 040480, Desa Sukandebi, berhamburan meninggalkan pelataran sekolah ketika Gunung Sinabung erupsi, Selasa (24/5/2016), sekitar pukul 10.30 WIB.
Berdasarkan pengamatan www.tribun-medan.com di pekarangan sekolah, erupsi Gunung Sinabung terjadi saat beberapa siswa menurunkan bendera merah putih.
Sehingga, para siswa bergegas turunkan bendera merah putih untuk meninggal sekolah.
Para guru tidak mampu membendung kepanikan siswa yang berlarian pulang ke rumah setelah melihat material Gunung Sinabung menjulang tinggi ke udara.
Tidak lama kemudian, tidak sedikit siswa terkena hujan debu vulkanik dan batu kerikil dari material Gunung Sinabung.
Alhasil, beberapa siswa berteduh ke teras rumah warga.
Diketahui, Desa Sukandebi, Kecamatan Naman Teran, Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara berjarak enam kilometer dari Gunung Sinabung.
Desa tersebut kini dipenuhi debu vulkanik.
Selain itu, selama erupsi Gunung Sinabung, Pemerintah Kabupaten Tanah Karo tidak meliburkan sekolah.
Padahal, debu pekat beterbangan di lingkungan sekolah.
Hingga berita ini diturunkan, Tribun Medan tidak pernah melihat adanya mobil pemadam kebakaran milik Pemerintah Tanah Karo menyiram jalanan utama menuju Gunung Sinabung
"Memang tidak ada kepedulian pemerintah. Kalau di jalan saja sudah tidak nampak lagi (debu pekat sebabkan jarak pandang berkurang). Tapi mobil pemadam kebakaran enggak ada menyiram jalan. Kami cuma swadaya saja membersihkan," ujar seorang warga Sukandebi bernama Ginting.
Ginting menuturkan, setelah diterjang awan panas Sabtu (21/5/2016) sore, debu vulkanik masih tebal di permukiman penduduk.
Oleh sebab itu, tidak jarang warga bergotong royong.
"Coba Kam (kamu) liat, kami hanya swadaya sendiri. Bersihkan debu di pinggir jalan dan menyiram pakai air sendiri. Seharusnya pemerintah peduli," ungkapnya.