"Alhamdullilah setelah penolakan itu sekitar 30 hari setelah dikabarkan meninggal, jenazah tiba di sini," paparnya.
Supriyanto sudah dua kali menjadi ABK kapal ikan di luar negeri. Pertama awal tahun 2013 lalu ikut kapal Taiwan. Saat itu, ia mendapatkan kontrak kerja selama satu tahun. Namun, Supriyanto hanya bekerja selama 10 bulan dan pulang ke Indonesia.
Keberangkatan kedua, Supriyanto juga ikut kapal Taiwan dan menandatangani kontrak satu tahun. Namun, baru sekitar enam bulan bekerja, Supriyanto dikabarkan meninggal dunia karena sakit.
Gaji selama enam bulan bekerja, hingga jenazah Supriyanto dipulangkan, belum dibayarkan oleh pihak pemilik kapal.
"Kami sudah berulang kali tanya ke perusahaan penyalur tapi belum ada tindak lanjut," kata Setiawan.
Selang dua pekan kedatangan jenazah, klaim asuransi dari perusahaan melalui BRIngin Life cair sebesar Rp 41.841.004.
"Keluarga juga mendapat uang santunan dari direktur perusahaan penyalur Rp 4 juta," ujarnya.
Namun, asuransi yang seharusnya diberikan dari pemilik kapal hingga kini belum diberikan.
"Harusnya kan ada asuransi dari pemilik kapal Taiwan itu untuk Mas Supriyanto yang diberikan kepada ahli waris keluarga," jelasnya.
Tiga Anak Dirawat Keluarga
Sepeninggal Supriyanto, ketiga anaknya yakni, Muhammad Demas Akim (13), Muhammad Subur Makmum, dan Lindia Wati (4) kini dirawat oleh keluarga lainnya.
Sebelum Supriyanto dikabarkan meninggal dunia, istri Supriyanto, Rukhatun Janah (30) sudah meninggalkan keluarganya karena alasan ekonomi.
Sebelum menjadi ABK, pekerjaan Supriyanto selama hampir 20 tahun adalah menjadi kernet bus di sejumlah armada. Ia pernah menjadi kernet bus PO Menara Jaya, bus PO Bhineka Ganesa dan yang terakhir bus PO Dedy Jaya.
"Demi ingin mengubah kondisi ekonomi kehidupan keluarganya, pekerjaan kernet yang selama ini ditekuni Mas Supriyanto ditinggalkan dan beralih profesi menjadi ABK," kata dia.
Ia mengatakan, barang berharga milik Supriyanto yang diterima keluarga hanyalah sebuah dompet dengan isinya.
"Sekitar sebulan setelah jenazah Mas Supriyanto dimakamkan. Ada teman sesama ABK datang ke rumah mengantarkan dompetnya. Saat itu dompet berisi kartu identitas dan uang Rp 15 ribu rupiah," paparnya. (tribunjateng/fajar eko nugroho)