Laporan Wartawan Tribun Jabar Teuku Muh Guci S
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - "Sekarang pendapatan kami turun 80 persen, sejak dari 3 bulan yang lalu. Untuk uang setora saja sulit, apalagi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," ujarĀ seorang sopir angkot sekaligus koordinator aksi unjuk rasa, Rosadi (51), ketika berbncang dengan wartawan, Kamis (2/6/2016)
Ratusan sopir angkot melakukan aksi mogok operasi dan melakukan aksi unjuk rasa di Balai Kota Bandung, Jalan Wastukencana, Kecamatan Bandung Wetan, siang tadi.
Sopir itu berasal dari lima trayek yang beroperasi di Kota Bandung. Antara lain, Stasiun Bandung-Gedebage, Elang-Ujung Berung, Cibiru-Cicadas, Riung Bandung-Dago, dan Margahayu Raya-Ledeng.
Aksi itu sebagai bentuk protes sopir angkot terhadap keberadaan bus gratis yang merupakan program pemerintah Kota Bandung.
"Setoran sehari itu sampai Rp 120 ribu. Dalam sehari saya dapat Rp 50 ribu. Sudah pasti uang itu tidak cukup untuk hidup dan biaya yang lain-lain seperti bayar sekolah anak," ujar Rosadi.
Alasan itu, kata Rosadi, yang membuat sopir angkot menuntut Pemkot Bandung untuk meniadakan program bus gratis milik pemerintah Kota Bandung.
Secara tidak langsung, katanya, program tersebut membinasakan aktivitas sopor angkot.
"Sebelum ada program, jumlah penumpang sudah menurun karena mulai banyak masyarakat menggunakan motor. Makanya andalan kami untuk tetap bertahan itu anak sekolah. Sementara sekarang mereka kini naik bus sekolah gratis," ujar Rosadi.
Rosadi menyebut, pemerintah Kota Bandung sebaiknya menggratiskan pendidikan ketimbang memberikan subsidi kepada bus sekolah.
Secara tak langsung keberadaan bus tersebut juga menambah jumlah pengangguran.
"Sebagai sopir angkot, kami juga ada anak untuk dibiayai. Sementara untuk membiayai mereka saja sulit karena orang tuanya sulit mencari pendapatan akibat adanya bus gratis," ujar Rosadi. (cis)