Laporan Wartawan Tribun Jabar Teuku Muh Guci S
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil, akan mengecek kondisi Ririn Aryanti (6), bocah yang menderita penyakit hidrosefalus.
Pria yang akrab disapa Emil ini pun akan memfasilitasi Ririn agar perawatan yang layak .
"Apapun penyakitnya, kami ada mekanismenya," kata Emil kepada wartawan di SMA Negeri 8, Jalan Solontongan, Kecamatan Lengkong, Kota Bandung, Selasa (19/7/2016).
Emil pun menyiapkan dana darurat jika Ririn belum menjadi peserta BPJS Kesehatan.
Menurutnya, pemerintah Kota Bandung menyediakan dana darurat bagi warga Kota Bandung yang tidak memiliki BPJS untuk dirawat di rumah sakit.
"kalau dana darurat belum memungkinkan, ada program we care id atau dukungan masyarakat terhadap yang membutuhkan," kata Emil seraya menyebut pihaknya aman meminta Dinas Kesehatan Kota Bandung menyiapkan dana darurat untuk biaya perawatan Ririn.
Ririn Aryanti bocah yang usianya baru saja genap enam tahun pada hari Lebaran kedua atau tepatnya 7 Juli 2016.
Namun bocah bernama Ririn ini tak bisa beraktivitas seperti bocah seusia pada umumnya.
Anak keempat dari pasangan Tatang Hermawan (48) dan Elih (44) itu terbaring di atas kasur tipis di rumahnya.
Ririn didiagnosis menderita hidrosefalus, penyakit yang memiliki ciri bagian kepala yang membesar.
Sakit itu memaksanya berbaring di atas kasur setiap hari. Didampingi ibunya, segala aktivitas Ririn dilakukan di atas kasurnya, termasuk buang air besar dan kecil.
"Kalau mandi, saya seka saja," kata Elih kepada wartawan di kediamannya, Minggu (17/7/2016).
Ririn tinggal di Jalan Jenderal Sudirman, Gang Aman 5 RT 4/9, Kelurahan Kebonjeruk, Kecamatan Andir, Kota Bandung, Minggu (17/7/2016).
Rumahnya berada di gang sempit di pusat Kota Bandung.
Rumah seluas 6x3 meter yang dihuni Tatang dan keluarganya itu tak begitu jauh dari rumah dinas Walikota Bandung.
"Kalau lahir normal. Mulai ketahuan kepalanya besar sejak usia 2,5 bulan. Kepalanya mulai besar seukuran batok kepala," kata Ririn.
Ririn merupakan anak keempat. Tatang dan Elih merupakan warga asli setempat yang hidup sederhana.
Tatang kesehariannya hanya bekerja sebagai buruh bangunan sehingga penghasilannya tak tetap. Sedangkan Eli hanya bekerja di rumah merawat Ririn setiap harinya.
"Karena tidak ada biaya, anak saya tidak dikontrol lagi. Soalnya dulu belum ada BPJS," kata Ririn. (cis)