TRIBUNNEWS.COM, ACEH - Seminar Nasional ‘Studi Sosiologi Agama dan Persoalan Sosial Keagamaan di Aceh’ yang digelar Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry, Banda Aceh, kemarin juga menampilkan Prof Dr Yusny Saby Ph.D sebagai pembicara. Guru Besar UIN tersebut membedah persoalan sosial keagaaman di Aceh.
Menurut Yusny, munculnya persoalan keagamaan di Aceh akhir-akhir ini merupakan persoalan serius. Sebab, menurut Yusny, zaman dulu tidak pernah ada diskriminasi paham agama dalam komunitas masyarakat Aceh.
“Seharusnya agama lahir menjadi solusi dari setiap persoalan yang muncul. Budaya beragam di Aceh tidak pernah memunculkan diskriminasi soal paham keagaaman. Tetapi kenapa sekarang kok begini di Aceh,” ujarnya.
Ia mencontohkan peristiwa pemukulan khatib hanya terjadi di Aceh, orang mengangkut mimbar untuk khutbah Jumat hanya terjadi di Aceh.
“Ya, khatib dipukul hanya terjadi di Aceh, tidak ada di dunia, “ ujarnya disambut gelak tawa para peserta seminar.
Lebih jauh Yusny Saby menjelaskan, sejarah Aceh dimulai dengan datangnya Islam. Begitu juga aksara Aceh dimulai dengan abjad Islam.
“Kejayaan Aceh ditandai dengan simbol Islam, identitas Aceh terbentuk dengan Islam dan keteguhan antipenjajah di Aceh juga dijiwai dengan Islam,” katanya.
Untuk itu, Yusny Saby mengingatkan agar Islam menjadi solusi dalam setiap persoalan kemasyarakatan di Aceh, bukan justru menjadi problem.
Pada bagian lain, Yusny membakar semangat para peserta seminar dengan mengajak untuk berpikir terbalik dengan pemahaman yang selama ini terjadi di Aceh, yakni ingin memerdekakan Aceh.
Ia memberi contoh bagaimana komunitas masyarakat Sulawesi mampu memberi warna pada peta perpolitikan Tanah Air.
“Lihat di Jakarta, bagaimana orang-orang Sulawesi berperan. Kita Aceh juga harus begitu, ada banyak pemikir Aceh yang pikirannya mengalir dalam pikiran orang-orang Indonesia. Kita harus ada cara baru, yakni menjajah Indonesia,” selorohnya disambut tepuk tangan peserta seminar.(serambinews.com/ari)