Mukidi juga berjuang mengembangkan metode olah tanah berbasis konservasi atau pelestarian lingkungan.
"Selama ini petani hanya mencangkul lalu tanahnya dibuang. Kebanyakan tidak mengenal terasering sehingga tingkat erosi permukaan tanah jadi tinggi. Petani juga sering kali berorientasi pada hasil bukan pada konsep," katanya.
Empat tahun lalu, suami dari Sumi (31) itu mulai merintis usaha kopi hasil racikannya sendiri. Ada Kopi Jawa, Kopi Lamsi, Kopi Lanang dan yang diunggulkan adalah Kopi Mukidi, hasil racikan kopi arabika, robusta dan excelsa.
Bapak dua putra ini juga termasuk petani berprestasi. Ia kerap menjadi narasumber berbagai pertemuan tentang pertanian serta menjadi pelopor kelompok tani Mandiri di Temanggung.
Sederet penghargaan pernah diraih Mukidi, sebut saja penghargaan Liputan 6 Award 2013 atas dedikasinya berkarya dan menginspirasi kategori lingkungan hidup.
Juga, Juara III Kopi Robusta pada Kontes Kopi Asosiasi Eksportir Kopi tahun 2014. Dia juga masuk 20 besar peserta terbaik pada kontes kopi di Banyuwangi.
Terakhir, Mukidi mewakili Temanggung menjadi peserta kontes kopi spesialti Indonesia ke-7 di Amerika 2015 lalu.
Kontributor Kompas.com Magelang/Ika Fitriana