Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Tito Ramadhani
TRIBUNNEWS.COM, PONTIANAK - Jamal (25), calon TKI ilegal sekaligus tersangka karena menjadi perekrut tiga rekannya yang lain, RS (17), DR (15) dan Erik Takwa S (21).
Jamal menuturkan, usai mengetahui ia dan keempat calon TKI lainnya menjadi korban penipuan dan hampir menjadi korban perdagangan orang (human trafficking), ia menginginkan dapat segera kembali ke kampung halamannya di Sukabumi.
"Saya mah udah nggak mau dilanjutin, ngedenger kayak begini mah saya sudah drop," tuturnya.
Jamal mengaku sempat curiga saat diajak bekerja ke Malaysia, namun tak perlu membawa dokumen atau surat apapun.
"Saya izin sama dia mau ketemu orang tua saya sama teman-teman ini, sekalian mau ambil KK sama akte kelahiran dan KTP, buat bikin paspor, tapi nggak diizinkan Leni. Hanya RS yang sempat curi-curi pulang ambil KK, DR ikut seolah-olah masuk di KK-nya dia," jelasnya.
Leni saat itu menurut penuturan Jamal, sempat mengatakan akan membuatkan segala dokumen yang dibutuhkan, sesampainya di Pontianak.
"Gampang katanya, ntar juga dibikinin yang baru sama paspor. Saya juga nggak bawa KTP, dibikinin, diubah tanggal lahirnya sama dia," ujarnya.
Jamal mengungkapkan, Leni bukanlah orang jauh. Ia dan rekan-rekannya merupakan orang satu kecamatan dengan Leni.
"Ayahnya Leni itu katanya kerja di kecamatan, ayahnya tadi ada sms ke HP bu Ate' (Nani), disuruh hapus, saya nggak hapus sampai sekarang. Katanya orangtuanya sudah mendesak saya suruh anak-anak dibalikin lagi, sama ibu ndak dibalas," ungkapnya.
Ia merasa terbebani lantaran, dua teman perempuannya, yakni RS dan DR sama sekali belum mendapatkan izin dari orangtuanya.
"Saya sebagai seorang laki-laki, ya harus bertanggungjawab ini teman-teman cewek sama saya. Jadi orangtuanya kan mempercayakan ke saya," katanya.
Menurutnya, sejak berangkat menuju Pontianak, ia dan ketiga temannya sama sekali tak diizinkan menghubungi keluarga di rumah. Walau sempat membawa uang Rp 2 juta sebagai bekal, dan satu telepon seluler Samsung, Jamal mengaku belum menghubungi orangtuanya maupun orangtua teman-temannya.
"Dilarang sama Leni, Hp aku dijual buat jajan sama teman-teman yang bareng sama saya. Karena yang lain nggak bawa uang, cuma saya yang bawa uang," urainya.
Kini, ia hanya bisa pasrah seperti apa nanti kelanjutannya. Namun, harapannya agar dapat segera pulang. Sehingga dapat mengurangi tanggungjawab yang membebaninya, jika teman-teman perempuannya sudah kembali pada keluarga di Sukabumi.
"Pengen pulang segera, nganterin cewek-cewek yang barengan sama saya ke orangtuanya. Saya nggak mau kena beban, nggak mau terlibat permasalahan ini. Karena orangtua mereka sudah kenal semua sama Jamal," ujarnya.
Jamal mengaku, di Sukabumi bapaknya hanyalah seorang sopir angkot, sementara ibunya hanya di ibu rumah tangga saja. Sehingga, ia tertarik saat diajak bekerja dengan penghasilan yang cukup besar.
"Saya melindungi mereka ini, anggap saja seperti adek sendiri," kata Jamal.