TRIBUNNEWS.COM, SUMENEP – Kendati selama kurun waktu 5 tahun, Pemkab Sumenep melalui Dinas Pendidikan Sumenep terus berjibaku menurunkan angka masyarakat penyandang buta aksara.
Namun hingga kini masih tersisa 43 persen atau sekitar 57.850 orang dari 134.540 penyandang buta aksara di Sumenep.
Kepala Dinas Pendidikan Sumenep, H Moh Shadik melalui Kabid Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Misbahul Minur menjelaskan, pengentasan penyandang buta aksara di Sumenep perlahan tapi sudah menunjukkan kemajuannya.
Selama waktu 5 tahun terus digenjot dan diharapkan selama 5 tahun ke depan Kabupaten Sumenep bebas dari buta aksara.
"Dengan telah tercapainya 57 persen mengentasan masyarakat buta aksara, maka kami yakin Kabupaten Sumenep bukan lagi termasuk empat kabupaten dengan penyandang buta aksara tertinggi di Jawa Timur," jelas Misbahul Munir kepada Surya (TRIBUNnews.com Network), Minggu (11/9/2016).
Dikatakan, angka pencapaian 57 persen atau 76.687 orang penyandang buta aksara diketahui melalui hasil sensus Badan Pusat Statistik (BPS) tahun Sumenep tahun 2016 bahwa setelah dilakukan penekanan peyandang buta aksara melalui program Keaksaraan Fungsional (KF), telah tercapai 57 persen dan sisanya 43 persen masih dalam program serupa Dinas Pendidikan Sumenep.
"Pokoknya, kita harus menekan angka buta aksara di Sumenep, karena kita juga ingin keluar dari hasil data Biro Pusat Statistik tahun 2010 lalu yang menyebut Kabupaten Sumenep penyandang buta aksara tertinggi kedua di Jatim," lanjutnya.
Dan untuk terus menekan angka penyandang buta aksara tersebut, Pemkab Sumenep melalui Dinas Pendidikan tahun ini telah menyiapkan anggaran sebesar Rp 2 Milyar yang untuk program keaksaraan fungsional.
Program tersebut akan langsung menyasar kawasan-kawasan yang selama ini masih belum tersentuh program KF, utamanya di pelosok dan daerah kepulauan.
‘’ Saat ini sudah ada 72 kelompok atau pusat kegiatan belajar mengajar (PKBM) mitra untuk melaksanakan keaksaraan fungsional, yang siap terjun mengikis habis penyandang buta aksara di Sumenep. Kita optimis buta aksara di Sumenep habis," tambahnya.
Data BPS menyebutkan pada tahun 2010 lalu jumlah tuna atau buta aksara di Jatim sebanyak 1,9 juta jiwa, sedangkan pada tahun 2012 lalu menjadi 1,2 juta jiwa.
Pada tahun 2012, dari 17 kabupaten di Jatim yang masuk zona merah, tersisa 13 kabupaten.
Yakni Kabupaten Sumenep, Sampang, Bangkalan, Pamekasan, Bojonegoro, Tuban, Pasuruan, Malang, Probolinggo, Situbondo, Bondowoso, Jember, dan Banyuwangi.