Pemkot Surabaya sudah sejak lama membenahi kampung nelayan ini, melalui pemberdayaan masyarakat pesisir. Dari 10 kecamatan yang digarap dengan berbagai program unggulan, sudah ada empat kecamatan menjadi jujukan utama untuk studi banding, yaitu di Greges Asem Rowo, Bulak, Rungkut dan Gunung Anyar.
“Hingga saat ini Pemkot terus mendorong masyarakat pesisir dengan pemberdayaan warganya. Harapannya, Surabaya menjadi kota percontohan kampung nelayan,” ujar Joestamadji.
Pemberdayaan ini, sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional.
Tujuannya, meningkatkan kesejahteraan masyarakat baik nelayan, pembudidaya, pengolah maupun pemasar hasil perikanan, meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan devisa.
"Semua kampung nelayan itu konsepnya tentu saja tidak terlepas dari program Pemerintah Pusat, Pemprov. Program Pemkot sendiri hingga lintas sektor. Nantinya akan saling berkaitan, meski setiap kampung nelayan mempunyai ciri khas yang berbeda," kata Joestamadji.
Ia mengungkapkan, kehidupan masyarakat pesisir selama ini masih dibawah garis kemiskinan. Perlu ada pembaharuan, tidak hanya dari Pemkot Surabaya saja, melainkan bekerjasama dengan swasta.
Contohnya, bila selama ini pemukiman di kampung nelayan terkenal kumuh, maka Pemkot Surabaya akan memperbaiki dengan merenovasi menjadi lebih layak dan bagus. Warganya akan dibekali pelatihan.
"Nanti disesuaikan program kementerian maupun dinas yang bisa diaplikasikan," papar dia.
Selain pemberdayaan melalui pelatihan, Pemkot memberi bantuan berupa subsidi bahan bakar minyak untuk 2.300 nelayan di 10 kecamatan. Ini untuk memudahkan para nelayan mencari hasil laut.
Sedang fasilitas yang ada di kampung nelayan, lanjut Joestamadji, para wisatawan akan menjumpai tempat pengelolaan ikan, Balai Pelatihan dan sentra UMKM.