Laporan Wartawan Tribun Jateng, Mamdukh Adi Priyanto
TRIBUNNEWS.COM, BREBES - Suasana duka menyelimuti rumah pasangan Rasbun (50) dan Tuti Maryati (45) di Desa Bulakparen Kecamatan Bulakamba, Brebes.
Mereka harus merelakan kepergian, M Afiq Fadhil selama-lamanya, anak bungsu yang telah mereka besarkan.
Afiq merupakan satu dari tujuh santri Pondok Pesantren Pondok Pesantren (Ponpes) Langitan, Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban yang tenggelam di Sungai Bengawan Solo, Jumat (7/10/2016).
Kematian memang tidak pandang bulu, begitu juga yang dialami Afiq. Ia harus menghembuskan napas terakhir di kedalaman Bengawan Solo sebelum keinginannya tercapai.
"Dia ingin menjadi pengiring musik selawatan Habib Syech (ulama asal Solo yang melantunkan syair cinta Rasul). Karena anak saya jago main rebana dan hadrah," kata Rasbun, sang ayah.
Namun, apadaya ajal tidak bisa ditawar. Anak bungsu dari dua bersaudara itu harus mengubur impiannya itu.
Ia dan sang istri mengaku sejak peristiwa nahas itu, tak henti-hentinya menangis. Mata sembap keduanya pun terlihat saat jenazah hendak dikebumikan.
Rasbun menuturkan, tidak ada firasat sama sekali terkait kepergian anaknya ke Maha Pencipta.
"Tidak ada firasat sama sekali. Saya diberitahu pihak pondok pesantren bahwa Afiq mengalami musibah," jelasnya.
Afiq, yang juga pandai menulis kaligrafi itu terakhir pulang pada Idul Fitri beberapa bulan lalu. Ia sudah belajar ilmu agama di pondok tersebut selama 2,5 tahun.
Orangtua mengaku hanya pasrah. Kejadian tersebut diharapkan tidak terulang lagi pada santri yang lain. (*)