TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Percaya. Kata itu menunjukkan sikap Wakidi (48), warga Kota Terpadu Mandiri (KTM) Sungai Rambutan Indralaya Utara, Ogan Ilir, Sumatera Selatan, terhadap Dimas Kanjeng Taat Pribadi.
Wakidi yang mengaku sudah empat tahun menjadi santri percaya bahwa Taat Pribadi tidak bersalah terkait dugaan penipuan dan pembunuhan yang dituduhkan kepadanya. Saat ini, Taat sudah ditetapkan sebagai tersangka penipuan oleh Polda Jawa Timur.
Wakidi menuturkan, dirinya percaya bahwa Taat Pribadi benar-benar mampu menggandakan uang seperti yang ditunjukkan di YouTube.
“Memang saya tidak pernah melihat sendiri, tapi dari cerita teman saya yang melihat langsung, saya percaya Dimas Kanjeng betul-betul bisa mengadakan uang,” katanya.
Dari penuturan Wakidi, dia menjadi santri Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi di Probolinggo mulai sejak tahun 2012 lalu.
Selama menjadi santri, Wakidi mengaku sudah tak terhitung bolak-balik datang ke padepokan di Probolinggo, JawaTimur.
“Itu belum termasuk biaya ongkos bolak-balik dan biaya hidup di sana,” katanya saat ditemui di rumahnya, Selasa (11/10/2016).
Mahar yang dimaksud Wakidi adalah untuk dana untuk mendapatkan pin, cincin, video CD dan sebuah kantung putih. Wakidi sendiri belum lama pulang ke Ogan Ilir. Dia mengaku pulang karena istrinya mau melahirkan.
Wakidi mengaku berada di padepokan sejak awal bulan Ramadhanhingga sebelum istrinya melahirkan beberapa hari lalu.
“Saat Guru Dimas Kanjeng Taat Pribadi ditangkap, saya masih ada di sana,” tambahnya.
Wakidi tetap menganggap, Taat bukan penipu seperti dituduhkan banyak orang. Dia percaya, Taat dapat menggandakan uang, seperti yang sering didengarnya langsung setiap kali istigozah.
“Uang itu, seperti dikatakan Dimas Kanjeng saat ini berada di alam gaib. Pada hari Jumat Legi atau sehari sebelum ditangkap, uang itu semestinya akan dimunculkan. Sayang pada hari Kamis 22 September keburu ditangkap polisi,” katanya menerawang.
Saat ini, Wakidi masih menunggu pemberitahuan dari Ketua Yayasan Padepokan, Marwah Daud Ibrahim, untuk datang lagi ke Padepokan.
Wakidi meyakini uang sebanyak Rp 50 miliar yang dijanjikan untuk tiap santri sebagai dana sosial kemasyarakatan tetap akan cair.
Sementara itu, Sumarmi (45), istri Wakidi, mengaku tidak mempermasalahkan aktivitas suaminya Wakidi di Padepokan Dimas Kanjeng mesti ditinggal berbulan-bulan.
“Selama tujuannya baik saya tidak apa-apa,” kata ibu empat anak ini.