TRIBUNNEWS.COM, JAMBI - Biaya yang dikeluarkan oleh pasangan calon kepala daerah selama sosialisasi dan kampanye pada pilkada serentak kali ini diyakini bisa melampaui pilkada lima tahun lalu.
Itu baru biaya yang dikeluarkan oleh pribadi. Di luar dana yang dilaporkan secara resmi ke KPU dalam Laporan Awal Dana Kampanye (LADK) yang sumbernya bisa didapat dari beberapa kategori.
Penuturan sejumlah mantan calon kepala daerah setidaknya memberikan gambaran hal itu.
Adalah Sri Sapto Edi, Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Jambi yang lima tahun lalu maju di pilkada Tebo.
Ketika itu ia menjadi calon wakil bupati.
Ia mengakui biaya politik saat pilkada tidaklah sedikit. Dia menyatakan selama dia sosialisasi dan menjadi calon menghabiakan dana hingga miliaran rupiah.
"Selama dua tahun saya sosialisasi saya habis masih sedikit, Rp 8 miliar,” ungkapnya saat ditemui di halaman parkir belakang kantor Gubernur Jambi, Senin (17/10/2016).
Dia mengatakan biaya tersebut habis untuk sosialisasi dan kebutuhan logistik. Dia mencontohkan.
Untuk sekali pertemuan terbatas saat sosialisasi dana yang dihabiskan bisa mencapai Rp 25 juta.
Itu terdiri dari biaya makan, minum, hiburan dan sebagainya.
"Kita undang 100 orang saja sudah berapa juta jumlahnya," imbuhnya.
Tentu, kebutuhan dan kemampuan finansial masing-masing calon berbeda.
Sementara itu, mantan calon Wakil Gubernur Jambi Edi Purwanto juga merogoh kocek dalam.
"Saya habis Rp 2 atau Rp 4 miliar juga kemarin," katanya mengakui.