Sepanjang jalan setapak berlumpur nan menanjak, tim yang ingin memusnahkan ladang ganja ilegal harus pula menerobos empat aliran air.
Dua di antaranya lebarnya lebih dari 2 meter, sisanya hanya sekitar 1 meter.
Selama menembus hutan kaki Gunung Seulawah itu, di kiri-kanan ada ilalang yang tingginya sekurangnya 1 meter. Orang yang menggunakan baju lengan pendek, pasti akan tergores lengannya.
Setelah berjalan selama dua jam 30 menit, barulah aparat gabungan tersebut dapat menjangkau ladang ganja yang dicari. Tampak tanah yang diketahui seluas dua hektar itu, tumbuh beberapa pohon.
Seorang aparat sempat mengaku kecewa dengan temuan mereka. "Kalau yang seperti ini masih kecil," katanya.
Dia menyebut pernah membakar ladang ganja yang tingginya melebihi badan orang dewasa.
Temuannya terdahulu dia rasa lebih membanggakan ketimbang yang dia lihat saat itu.
Meski demikian, Direktur Narkotika Deputi Pemberantasan BNN, Sugiyo menjelaskan, ganja yang mereka temui bukan jenis biasa.
"Ini jenis hibrida. Setelah usai tiga bulan saja sudah bisa dipanen. Kualitasnya juga lebih tinggi," katanya.
Meski tidak ikut menangkap pengelolanya, Sugiyo melihat ada indikasi ada pemodal besar dibalik ladang ganja yang mereka hendak bumi hanguskan, sehingga butuh sikap cepat.
"Ladang ini dipagari dengan rapi, jarak tanamnya diatur, dan tampak dirawat," katanya.
Kepala Bagian Humas BNN Slamet Pribadi sependapat dengan Sugiyo. Pasalnya dia melihat tumbuhan yang baru setinggi 50 centimeter itu telah tampak buah-buah kecil dibatangnya.
"Ini ekor bajing ganja, biasanya keluar kalau sudah tinggi atau berusia lima bulan. Ekor bajing ini yang dijual pengedar denga harga tinggi," kata Slamet.
Setelah beristirahat secukupnya, aparat gabungan mulai mencabut pohon ganja satu demi satu.