TRIBUNNEWS.COM, JEMBER - Kisah seorang kakek menjadi tamparan keras bagi generasi muda.
Meski usianya sudah 95 tahun namun tetap semangat bekerja walaupun hasil tak seberapa.
Seperti dikutip dari Kompas.com, berita ini menjadi viral di facebook dan menuai banyak komentar netizen.
Tak sedikit yang menyindir kaum muda yang semangatnya kalah dalam bekerja dibanding kakek ini.
Ada juga yang menyindir kalau tak sedikit orang memalak, merampok, korupsi atau cari uang dengan cara mudah namun merugikan orang lain.
Sangat berbeda dengan kisah kakek ini.
Begini kisahnya:
Usianya sudah renta, demikian pula dengan fisiknya.
Namun, sore itu, kakek Zubair (95), warga Dusun Klanceng, Desa Ajung, Kecamatan Ajung, Kabupaten Jember, Jawa Timur, menyusuri jalan raya sambil memikul jualannya.
Sesekali dia beristirahat sambil mengusap peluh yang bercucuran dari dahinya.
“Guleh ampon seppo, Nak, sakeng e jekajeh terus ajuelen kaangguy kabotoan (saya sudah tua, Nak, tetapi saya harus terus berjualan untuk kebutuhan hidup sehari-hari),” ujarnya, Selasa (8/11/2016) sore.
Sudah lama Zubair menjadi penjual tahu keliling.
Bahkan, dia mengaku lupa berapa lama sudah berjualan.
“Poloan tahon ampun nak ajuelen, enggi ajelen sokoh kauleh, ampon mulai lambek ajelen (sudah puluhan tahun, Nak, saya berjualan, ya jalan kaki saya kalau jualan, jadi sudah dari dulu jalan kaki),” ujarnya lalu tersenyum.
Setiap harinya, Zubair berangkat berjualan tahu goreng sekitar pukul 15.00 WIB, dan baru pulang ke rumahnya pukul 01.00 WIB dini hari.
“Saben are biasanah lastareh shalat ashar, guleh berangkat ajejeh tahu, paleman sampek ka compok pokol 1 malem (biasanya setiap hari, sesudah shalat ashar saya berangkat berjualan tahu, dan baru pulang dan tiba di rumah sekitar pukul 01.00 dini hari),” ujarnya.
Jarak yang bisa ditempuh Zubair saat berjualan keliling setiap harinya sekitar 40 kilometer.
“Ya, saya jalan kaki sambil memikul dagangan tahu ini,” katanya dengan bahasa daerah.
Jika tahunya terjual habis, Zubair hanya memperoleh penghasilan sebesar Rp 16.000.
Dia hanya mengambil keuntungan Rp 200 dari satu tusuk yang berisi tiga tahu.
“Tidak masalah, Nak, meskipun hasilnya sedikit tetapi barokah dan halal. Daripada banyak tetapi tidak barokah, buat apa,” ujarnya.
Tahu yang dijual Zubair bukanlah milik sendiri, melainkan milik juragannya.
Dia hanya menjajakan tahu tersebut dengan sistem setoran.
“Saya setor Rp 800 ke pemilik tahu. Makanya saya jual Rp 1.000, jadi saya ambil hasil Rp 200,” paparnya.
Pernah, lanjut dia, saat dia berjualan, turun hujan deras, dan cukup lama. Akhirnya, tahu yang dia jual sama sekali tidak laku.
“Deras sekali hujannya, dan tidak ada pembeli. Akhirnya saya kembalikan kepada juragan saya,” kenangnya.
Zubair hanya berharap, pada usianya yang semakin renta, ia selalu diberi kesehatan dan panjang umur.
“Saya tidak berharap apa-apa, saya hanya meminta kepada Allah agar selalu diberi kesehatan dan umur panjang, itu sudah cukup,” tuturnya. (Kompas.com Kontributor Jember/ Ahmad Winarno)