Banjir juga menggenangi 4.368 rumah di Kabupaten Karawang, Jabar.
Menurut Sekretaris BPBD Karawang Supriatna, banjir akibat luapan Sungai Citarum dan Sungai Cibeet itu melanda enam kecamatan.
”Sekitar 3.100 warga mengungsi,” ujar Supriatna.
Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Arie Setiadi Moerwanto juga menilai masalah dasarnya adalah drainase yang sudah ada tidak memadai dibandingkan perubahan tata guna lahan di kawasan itu.
Terkait banjir di Jalan Tol Jakarta-Cikampek, Dwimawan Heru, Assistant Vice President Corporate Communications PT Jasa Marga, menegaskan, pihaknya telah meminta pengembang perumahan di kawasan itu menyelesaikan pembangunan sistem drainase lingkungan agar tidak terjadi peristiwa serupa di masa datang.
Menurut Heru, banjir di jalan tol Kilometer 37+500 itu dipicu meluapnya Situ Binong di Cikarang Pusat, Kabupaten Bekasi.
Banjir serupa pernah melanda Jalan Tol Jakarta-Cikampek di Km 37 pada 14 Februari 2016 yang juga dipicu luapan dua danau buatan, yakni Situ Binong dan Situ Alam Sari.
Ketua Umum Himpunan Kawasan Industri Indonesia Sanny Iskandar mengatakan, dampak banjir di Tol Cikampek tidak terlalu mengganggu.
”Banjir di jalan tol itu dalam waktu singkat langsung surut. Untung hari Minggu, jadi dampaknya tak terlalu mengganggu transportasi arus barang dari dan menuju industri di dalam kawasan industri,” katanya.
Banjir juga merendam ratusan rumah di Muara Enim, Sumatera Selatan. Ada 800 keluarga dengan jumlah 2.000 warga diperkirakan menjadi korban banjir kali ini.
Hujan deras menimbulkan banjir di Kampar dan Rokan Hulu, Riau, sehingga ruas jalan Pekanbaru (Riau)-Bukittinggi (Sumatera Barat) terputus akibat longsor.
Sementara di Rokan Hulu, 700 rumah di Kecamatan Kabun, Ujung Batu, Rambah Hilir dan Rambah Samo terendam banjir setinggi 40-100 cm.
Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Nurhayati mengatakan, dalam sepekan ke depan, hujan lebat berpotensi terjadi di Sumatera, Jawa, Sulawesi, Maluku, dan Papua.
Hal itu disebabkan munculnya pusat tekan rendah di barat Sumatera, utara Jawa, Selat Karimata, dan utara Papua.
Munculnya pusat tekanan rendah di zona itu terkait munculnya angin monsun dari Australia atau angin timuran bertemu dengan angin dari Asia atau angin baratan.
Kondisi ini menandakan terjadinya masa peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Saat ini 90 persen zona musim di Indonesia.
”Pusat tekanan rendah ini memicu terjadinya angin kencang, guntur, dan hujan lebat,” katanya.